Senin, 16 Februari 2015

Jejak Langkah-nya Pramodya

BENARKAH  BAHASA BELANDA ADALAH BAHASA PENGETAHUAN YANG DIAKUI DUNIA?

Semua pasti sudah mahfum tentang English atau bahasa Inggris adalah bahasa internasional. Anak Indonesia bahkan diajarkan bahasa internasional sejak bersekolalh di tingkat dasar. Bahkan kini dalam pendidikan anak usia hal itu juga diajarkan.

Lalu kenapa Belanda tidak? Bahasa dari negeri Kincir Angin tersebut 'kan adalah bahasa pengetahuan, jadi kenapa tidak diajarkan? Siapa yang bilang? Jejak  Langkah! Novel teralogi karya Pramoedya Ananta Toer.

Buku sangat menarik perhatian saya saat memasuki perpustakaan kampus di minggu pertama aktif kuliah. Seperti ada wajah baru. Pula, buku ini buku tertebal di deretan buku sastra. Sebuah novel roman karya orang terkenal.

MY FIRST ROMAN
Jejak Langkah nove tetralogi Pramoedya
Roman. Apa sih  roman. Yang pasti ini berbeda dengan ‘romance’. Karena kalau yang itu artinya tentang percintaan. Sambil menunggu dosen datang aku dan teman-teman mahasiswa lainnya berusaha menafsirkan arti kata tersebut.

Seorang temanku mengartikan roman itu adalah karya sastra yang rumit. Sulit. Tak gampang bahasanya. Tak mengalir.  Tak semudah membaca karya sasta yang terbit di jaman sekarang. Dan menurutku roman adalah karya sastra jaman dulu. Klasik. It’s kind of canon literature.

Let’s check on wikipedia.

 “Roman adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau ganjaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing. Bisa juga roman artinya adalah ‘kisah percintaan’


Ngomong-ngomong sola wikipedia, jadi inget kemarin. Seorang mahasiswa yang mempermasalahkan web tersebut. Let me tell you later.

Keren! Di dalam novel tersebut Minke, si tokoh utama dapat berbicara dalam berbagai bahasa. Bahasa asing, melayu dan beberapa bahasa daerah. Shugoi, na!

Coba deh baca. Jejak Langkah, novel setebal 700 halaman lebih.
Fuih! *ngelap dahi :p

Top markotop. Apalagi 4 buku yang dijilid jadi satu ini sudah pernah diterjemahkan ke dalan 40 bahasa lebih. So is my work soon, Amiin!


Ayo ke Jepang Lagi!

Semester baru, semangat baru! Jangan sampai baruy*, ya! Karena itu artinya basi. Jadi keinget komentar seorang dosen. Brainwashing. Otak kita pada dicuci. Pas di kelas, giliran si ibu dosen mengajukan pertanyaan, disuruh jawab, anak-anaknya pada diem. Lupa. Kan katanya Tasya, kalau liburan simpanlah tas dan bukumu. Modus, ih! :D

Aku mengawali semester ini dengan ikutan presentasi organisasi kepada para mahasiswa baru. Bertemu ddengan teman-teman baru. Alias teman-teman lama yang baru ketemu. Nah, di pertemuan itu kita saling tukar-tukar buku. Ada dua buku tentang Jepang. Satunya buku kisah seorang mahasiswa Indonesia yang melanjutkan studinya ke Jepang. Wuih, pengen ke Jepang! Satunya lagi tentang romance yang bersetting Jepang.

Tentunya aku lebih tertarik membaca buku yang pertama. Buktinya setelah membaca bukunya semakin membuat semangatku lebih membara. Semangat belajar lebih giat. Yossha! Saya tak salah memilih buku.

Pojok Gaijin: Cerita Mahasiswa di Negeri Matahari Terbit
Kapan ya ke sana? Someday, of course..

Gaijin, itu artinya orang asing. Jadi buku ini menggambarkan keseluruhan tentang Jepang dengan sudut pandang orang asing. Tepatnya dengan sudut pandang orang Indone][sia yang sedang mendapatkan beasiswa. Rizal, nama penulis buku ini. Si tokoh dan penulis buku. Oia, ini alamat blognya jika ingin berinteraksi langsung. www.rizaldp.wordpress.

Diceritakan di sana, bagaimana kita menjadi minoritas. Ya, tentu saja. Karena kita sebagai orang asing. Dengan kultur budaya yang berbeda. Jika di Indonesia, seringnya ketika memasuki supermarket ataupun perpustakaan, maka tas dan barang bawaan mesti dititipkan. Tapi tidak jika anda berada di Jepang.

Kebanyakan sih yang diceritakan buku ini tentang perbedaan Indonesia sama Jepang. Misalnya penulis bercerita jika di Jepang suka antri, di Indonesia sukanya menerobos antrian. Orang Jepang memfasilitasi fasilitas umum untuk kaum difabel, di Indonesia hampir tak pernah ditemukan. Eh kebanyakan sih Jepang dapet banyak baiknya. Eh, tapi kita sebagai orang Indonesia harus tetap bangga ya. Secara! Indonesia lebih kaya. Terutama jika berbicara tentang sumber daya alam. Hmm, Jepang pasti kalah..

Selain itu penulis juga tentang benturan dan gegar budaya kerap kali terjadi. Begitu yang penulis alami dan ceritakan dalam buku ini. Ada juga beberapa solusi jika mengalami hal tersebut. Culuture shock dan culture bump! Jadi aku juga belajar CCU. Cross Cultural Understanding. Mata kuliah yang aku ambil semester ini.
Sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui. Sekalian jalan-jalan ke Jepang, sekalian belajar CCU. Materi minggu ini juga mengenai kultur budaya Jepang. Yah, klop deh!

Hmm, aku kekurangan cerita. Cerita kurang. Tiba-tiba habis. Tiba-tiba sudah satu buku kubaca. Ayo! Aku pengen ke Jepang lagi!

*baruy adalah bahasa Madura yang artinya basi. Biasanya yang dikatakan baruy itu nasi :p

Udah Putusin Ajah!


Cerita di Ruang Skripsi
Menunggu sholat Dhuhur, aku mampir di ruang skripsi. Kebetulan memang satu lantai dengan musholla. Setelah memegang satu bundel skripsi aku menuju tempat baca. Ada beberapa teman kelas di sana. Salah seorang mendekat.
“Kamu punya pacar ya?” tanya seorang teman tiba-tiba dengan mata berkedap-kedip. Aku menggeleng sambil. Namun ia pun menjejar dengan pertanyaan lainnya. Tak percaya.

“Ih, kamu punya cowok ya?”

“Masa’ sih kamu nggak pernah ngerasain pacaran.”

“Ngaku deh, kamu lagi deket sama seseorang kan.” Hoho, aku tertawa dalam hati. Ini anak maksa ya. Sudah kubilang tidak. Akhirnya dia pun nyerah.

“Eh, aku sebenarnya sudah nggak pengen pacaran lagi. Tapi gimana ya sudah ketagihan. Susah yang mau mutusin. Udah tiga tahun lagi. Enak ya, kayak kamu,” akunya kemudian. Ups, ketahuan deh maksudnya.

“Udah putusin ajah!” nah itu saran yang bagus ^_^

Review Buku
Obrolan siang itu mengingatkan akan kewajiban me-review buku. Hitung-hitung melatih seberapa besar aku menyerap sebuah ilmu. Lalu menuangkannya dalam tulisan baru. Udah Putisin Aja! Buku karya Felix Y. Siauw. Sudah hampir setahun punya buku ini. Membacanya berulang-ulang tak pernah membuat aku bosan. Ada banyak peminjam yang sudah datang bergantian. Bukunya tak hanya laku di pasaran juga di tanganku laku dipinjami orang :D

Udah putusin aja! Sebuah provokasi yang menyuruh semua orang yang pacaran untuk saling memutuskan pacarnya. Tanpa ba-bi-bu. Tanpa alasan ini dan itu. Udah putusin aja, ngapain pacaran nggak gunanya kok. Ada nih sebuah kutipan tentang seorang lelaki yang tak mau putus pacaran.

“Lo liat deh, gue bakal uring-uringan belajar, gue nggak mau makan kalo lo nggak jadi pacar gue.”

“Kalo lo putusin gue, nggak ada gunanya lagi gue hidup, gue nggak tahu deh besok lo masih liat gue napas ato nggak.”

Idih, lemah bannget jadi laki. Begitu tuh yang namanya teror perasaan. Dikit-dikit ngancem. Lelaki yang sukanya begitu kata Ustadz Felix layaknya bayi yang harus disuapi. Bayangin deh nanti kalo sudah menikah. Bisa-bisa pintu rumah yang rusak diganti ancaman minum racun tikus. Boro-boro memperbaiki pintunya. Putus, putus, putus! Udah putusin aja! Lelaki begituan nagapain dipertahanin :p

Tidak Hanya tentang Pacaran
Buku ini tidak hanya menyuruh kawula muda putus pacaran, ada banyak movitasi yang didapat di sana. Bagaimana Islam memandang sebuah cinta, cara mengelola, dan bagaiamana cara menjaganya. 

Ta’aruf adalah salah satu cara jika tak ingin pacaran. Dan ta’aruf tidak sama dengan pacaran. Solusi agar terhindar dari pacaran adalah ta’aruf lalu menikah. Bila belum siap menikah maka persiapkan diri. Memperbaiki diri ke arah yang lebih baik. Termasuk bagi yang belum menutup aurat dengan sempurna. Dan bila sudah merasa siap, menikahlah.

Semua terangkum sempurna dalam buku ini. Nggak nyesel deh baca ataupun beli buku ini. Apalagi isinya full-color. Memang agak mahal belinya. Tapi, aseli bagus banget!

Baca Buku Ini Jadi Pengen Pindah Jurusan..

Bener, deh. Pas tamat baca buku ini langsung terbersit untuk pindah ke jurusan Ilmu komunikasi saja! Apa pasal? Si Alif bikin gue ngiler pengen jadi Jurnalis...

Kalau di Negeri 5 Menara Alif  memburu berita di ruang lingkup pondok saja, maka sekarang Alif sudah mengepakkan sayapnya lebih lebar. Bekerja di sebuah penerbitan di kota besar.

Banyak ilmu tentang  jurnalism di dalam novel Rantau 1 Muara. Ada kode etik yang Alif ajarkan pada saya. Tentang bagaimana seorang jurnalis sesebenarnya. Hati-hati dengan uang tip yang digunakan apalagi ketika meliput berita dengan tersangka korupsi. Sogokan oh sogokan!

“La’natullah! ‘Ala ar-rasyi wa al-murtasyi! Allah melaknat orang yang menyogok dan disogok ”

Rantau 1 Muara
Liat gambar covernya saja membuat cita-citaku kuliah di luar negeri kembali menyala. Rantau 1Muara, buku ketiga setelah Ranah 3 Warna dan Negeri 5 Menara. Semua angkanya dalam bilangan ganjil. Kesukaan Allah dan Rasul, tuh.

Masih tentang perantauan Alif. Merantau menjadi anak pondok, kuliah di kota besar, dan mengejar cita-cita hingga luar negeri sana.

Jika buku pertama menceritakan kisah perantauannya di lingkungan santri, kedua sebuah pertukaran pelajar di luar negeri, maka ketiga tentang Alif ini juga bercerita tentang kehidupan rantau Alif ketika kuliah.Rantaunyapun sampai hingga ia menemukan sang bidadari. Sama-sama jurnalis pula. Hmm, pengen ya?

Petualangan Alif di luar negeri lagi-lagi diceritakan dalam novel berwarna tosca ini. Diceritakan pula tentang kejadi sebelas semtember silam. Kejadian yang menghancurkan gedung besar di Amerika itu, ternyata si Alif ada di sana kawan. Melintas garis dari polisi.

Ya iyalah, dia kan jurnalis. Jurnalis bisa ke mana saja. Ke istana negara, melewati para penjaga berotot kawat dan bertulang besi. *gatot kaca, kali ya :D

Nah, itu dia yang bikin aku pengen banget jadi jurnalis. Bisa ke mana aja. Di Ilmu Komunikasi kan diajari tuh gimana caranya ngeburu berita. Oh, I hope, I hope! *seperti teriakan Emily  di film dedek Barbie.

Then I realize it this semester. I take Journalism for one of my course. Jadi tak menyesallah saya jadi anak sastra *wink

Kitalah Sang Bintang!


Pernah melihat langit malam? Dengan cahayanya yang benderang. Indah hiasi malam yang kelam. Bintang. Tak hanya satu. Ada dua, tiga, milyaran hingga triliunan bintang. 

night sky
Truk aja gandengan masa’.. ups! Bintang, tak hanya sendiri ia menghias malam. Bersama, satukan cahaya hingga berpendarlah sejuta sinar benderang.  “...and The Star is Me!” salah satu buku motivasi karya Afifah Afra. Bagaimana kita bisa melejitkan potensi seorang bintang.
We are the real star
Bintang. Tak hanya bintang yang terlihat di langit malam. Bintang dalam kehidupan adalah kamu! Kau tahu, ada sinar yang hampir meredup. Bangunkan ia, nyalakan apinya. Manusia jelas bukan produk ecek-ecek.   

Pernah membaca Surat At-Tin ayat keempat? Let me tell you.. 

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya


Lihat kembali saat manusia akan dicipta. Berjuta sperma berlari menuju tuba fallopi. Hanya ynag terkuat yang dapat menembusnya. Hanya yang terkuat yang terwujud menjadi manusia. Yup! Manusia adalah produk unggulan yang diciptakan Tuhan. 

Saking istimewa-nya manusia Malaikat dan Jin pun Allah perintahkan untuk bersujud kepada kita. Lalu mengapa meragukan bahwa kitalah sang bintang? 


Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis.  Dia tidak termasuk mereka yang bersujud

Al-A’raf : 71


“...and The Star is Me!” karya Afifah Afra menggiring kita untuk menemukan potensi bintang kita. Dalam bukunya ia menyebutkan ada 4 Langkah untuk menjadi seorang bintang:

Know your self

Mengenali diri sendiri. Bagaimana akan menjadi seorang bintang jika diri sendiri tak mengenal.

Has mind-map

Dengan mengenali diri, kita akan lebih mudah melangkah. Lalu membuat peta diri. Tentang apa yang akan kita lakukan di kemudian hari

Visioner

Pemimpi. Menjadi awal seorang bintang dengan segudang mimpi. 

Planning

Strategi hidup. Sebuah rencana akan masa depan. Dengan memilikinya, kita akan tahu langkah apa yang akan dilakukan kemudian.


 “...and The Star is Me!”-nya Afifah Afra adalah buku terbitan Afra Publishing yang juga bagian dari PT. Indiva Media Kreasi ini memiliki nilai jual yang lebih. Kandungan manfaat serta jutaan motivasi yang dimuat membuat kita tersadar, that we are the real star.

“Tak ada pribadi yang biasa-biasa saja dalam jagad raya ini. Yang ada adalah pribadi yang gagal menjadikan dirinya luar biasa”




_Afifah Afra_

Eropa, Aku Datang!


Hamparan salju memutih, bunga-bunga musim semi yang berwarna-warni, dan jutaan daun pohon ek serta maple yang berjatuhan hangat. Negara empat musim  selalu menjadi impian orang-orang tropis yang hanya memiliki dua musim. Eropa! Tentu saja.


Benua yang terletak di lintang di sekian derajat. Sebut saja negara-negara yang bikin kamu ngiler di sana. Paris, negeri paling romantis. Belgia dengan coklatnya yang selalu terlihat manis. Siapa sih yang nggak pengen ke sana.


Dan akhirnya kesampaian. Itu bermula saat Ramadhan kemarin. Saat diundang oleh ketua FLP Pamekasan untuk datang berbuka bersama para penulis dari Pamekasan di Rumah Cahaya. Omong-omong soal Rumah Cahaya FLP Pamekasan, saat aku datang di sana tengah duduk anak-anak yang sedang serius belajar menulis. Salut deh buat FLP!


Tau kan yang namanya Rumah Cahaya pasti banyak tumpukan buku di sana. Yup! Apalagi, kalau bukan hunting buku. Ada banyak buku yang menarik, tapi yang pasti aku harus mengambil yang paling asyik. Lalu buku itu seperti bersinar, memangil-manggil diriku, tsah... B-) FYI, bukunya memang berwarna kuning lho.

JALAN-JALAN HEMAT KE EROPA

Jalan-Jalan Hemat ke Eropa. Buku terbitan Gramedia dengan penulis bernama Yudhinia Venkanteswari. Hatiku lompat-lompat kegirangan. Eh, nggak mungkin kan aku lompat beneran. Secara, banyak para undangan :D


Pas aku pegang buku ini banyak yang melirik aku. Pastinya karena buku ini keren banget-nget-nget! Mau dong ke Eropa... Tenang, antri ya kawan-kawan..


Buku ini memang keren banget-nget-nget! Buku ini adalah langkah awal sebelum kita pergi ke Eropa. Juga bagi kamu yang pengen jalan-jalan ala backpacker. 


Ririe, begitu penulisnya biasa disapa memulai perjalanannya di benua Eropa dari negara yang pernah menjajah kita. Belanda! Bahasa efek  masih Agustusan nih B-) Lalu Paris, kemudian... ah! Baca sendiri saja ya, pasti lebih seru!


Lengkap banget, kalau boleh aku bilang. Mulai bagaimana kamu mengurus paspor dan visa lalu bagaimana mendapat penginapan serta makanan khas yang halal. Ya, begitu! Banyak juga referensi yang bisa kamu pilih terkait harga akodomodasi, makanan hingga pulsa! Secara, di luar negeri tarifnya tentu berbeda. Selain itu, ada juga kamus kecil yang bisa membantu kamu menjelajah berbagai kota di belahan Eropa. Karena orang Eropa tak semuanya pintar berbahasa Inggris bukan? Hitung-hitung buat menambah kosa kata kita.


Hampir setiap halaman disertai gambar. Jadi pas banget buat visualisasi kamu. Biar kamu nggak sekedar baca, tapi ikutan jalan-jalan juga.


Nah, itu ceritanya gimana bisa aku sampe ke Eropa. Melalui buku. Melalui visualisasi dan imajinasi. Serta tentu saja mimpi! Oke, ini awalnya. Next, aku akan benar-benar ada di sana. Doakan ya..


Mari terus berkarya dan bermimpi!

Regard,



Sheila Evelina Putri