Jumat, 06 November 2015

Lelaki di balik Novel The Davinci Code


Buku ini langsung kulahap ketika melihat terbitan buku sebelah yang lebih mahal. Memang seharusnya aku bersyukur bukan? Aku mendapatkannya dengan 20 rebu saja. Sedangkan teman-teman dengan rogohan 60 rebu. Hoo!


Pantas saja sih karena kavernya lebih menarik dan di Indonesia namanya sedang melejit.

Jadi isinya tentang apa?

Biografinya Dan Brown.

Kisah bermula saat Brown tinggal di Exeter bersama keluarganya. Ayahnya salah seorang pendidik di sana. Tentu saja Brown murid di sana.

Selepas dari Exeter, cita-cita Brown sebagai pemusik mulai ditekuninya. Ia memulai dengan belajar menguasai alat musik bernama Synthezer. Lalu album pertamanya adalah SynthAnimal yang berisi berbagai lagu tentang suara binatang.

Dunia musik mungkin sedikit membuatnya terkenal, tapi ia tidak yakin dengan itu. Apalagi kepergiannya ke Seville dalam rangka student exchange mendatangkan sebuah ide bagi Brown. Kalimat seorang dosen yang membuat otak berpikir ulang.

Beberapa album yang sudah dibuatnya itu kemudian ditinggalkannya. Ia memilih menjadi staff pengajar di Exeter. Tempat ia menimba ilmu dulu.

Seorang rekan yang banyak membantu Brown akhirnya menjadi pendamping hidupnya. Blythe.

Di sela-sela mengajar ia menulis buku-buku. Terkadang nama sang istri yang tercantum. Namun kemudian kegiatan mengajar ditinggalkannya. Dan Brown menjadi penulis seutuhnya.

Ia selalu bangun jam empat pagi untuk menulis. Dalam menulis, ia selalu ditemani Blythe melakukan riset demi riset.

The Davinci Code tak mulus begitu saja. Ada banyak kritikus yang mencercanya. Terutama pemuka agama. Bahkan seorang penulis terkenal menjudge novel itu sebuah jiplakan. Oh..

The Davinci Code adalah novel keempat Brown. Novel yang mennguncang dunia dengan mempertaruhkan keimanan. Hal tersebut yang membuat Lisa Rogak menulis kehidupan Brown dalam buku "The Man behind the Davinci Code