Jumat, 30 November 2018

Inferno: An Escaping from Florence

Robert Langdon terbangun di Florence dalam keadaan ammesia. Tapi ia ingat siapa dirinya. Namun tentang dua hari sebelumnya, sama sekali ia lupa. Belum ingat apa yang terjadi, seseorang berpakaian hitam memaksa masuk ke dalam ruangannya dengan membombardir senjata dan mengenai salah seorang dokter. Dr. Marconi langsung wafat di tempat.

Bersama Sienna Brooks, dokter yang berasal dari Inggris ia melarikan diri.

Inferno, novel bikinan Dan Brown, seri Robert Langdon yang ketiga setelah Angels and Demons, The Davinci Code dan The Lost Symbol, tampil membawa isu overpopulasi; jumlah manusia yang kian hari meningkat dan membuat bumi sesak.

Dan inilah yang disebut krisis moral oleh Bertrand Zobrist, milyader dermawan pencinta berat Dante Alghieri. Penyair yang meramaikan novel ini dengan teka-teki puisinya.

The are places in hell are reserved for those who maintain their neutrality in times of moral crisis.

24 Jam yang Seru
Apa yang terjadi dalam 24 jam? Bangun pagi lalu tidur lagi di malam hari? Tidak dengan Inferno. Dan Brown mengisahkan petualangan Robert Langdon dalam waktu singkat; sehari-semalam.

Dini hari ia terbangun di Florence untuk kemudian kabur dari kejaran WHO bersama Sienna Brooks. Ditemani halusinasi-halusinasi yang mendekam berat di kepala Langdon. Berbagai teka-teki yang harus ia pecahkan.

Travelling ala Inferno
Kalau di Indonesia kita punya Kang Abik. Novelis sangat detail betul akan setting tempat. Saat membaca novel beliau serasa kita sedang menjelajahi lokasi cerita tersebut.

Nah, Brown juga begitu. Jalan-jalannya pakai konflik lagi. Sedang meneleti di museum tiba-tiba dikejar polisi. Melewati taman yang terkenal itu lalu sampai Turki juga!

Iya, di Inferno kita akan bertemu Haghia Sophia dan destinasi wisata lainnya.

Belajar Diksi

The shadow began speaking now, its words muffled, whispering across the water withan eerily poetic rhythm.

Membaca dalam versi Inggrisnya membuat kita tahu bagaimana logat Brown sebenarnya. Rasanya beda karena kita langsung berhadapan dengan diksi yang dipilih pengarangnya. Real.

Bertemu Allah

Di Chapter 84 kita akan dibuat tertegun. Kita akan bertemu dengan kalimat yang bisa membuat kita masuk surga. Kalimat yang jika ditimbang bisa memberatkan. Penuh amal kita dengan kebaikan.

Aku jadi berpikir mungkin Brown muallaf? Hihi, kita doakan saja.

Novel-novel Brown kan biasanya mengangkat tentang banyak agama Seperti di Inforno ini kita akan ketemu orang-orang bercadar, masjid dan tentu saja orang Islam.

Jumat, 23 November 2018

Kepada Buya Hamka Mari Belajar Berani [Falsafah Hidup]

Falsafah Hidup karya Buya Hamka mengajarkan berbagai hal tentang hidup termasuk berani. Syaja'ah istilah kerennya. Ini penting sekali untuk kita maju.

Ma' lè tak tako'an..

Pertama kita harus semangat. Nyala yang berkobar haruslah ada di dalam dada. Kemauan yang dalam diri. Agar sikap berani bisa terealisasi.

Hal tersebut mempengaruhi hati dan jiwa. Jikalau kita sudah memiliki niat yang kuat maka mudah untuk melakukan.

Dengan sikap ini kita bisa memperbaiki mutu diri (Hamka, 2017: 261). Apalagi jika keberanian kita berlandaskan Al Qur'an. Pedoman dan tentu saja teladan dari Rasulullah.

Menurutmu apa yang paling membuat berani?

Ialah kebenaran yang menimbulkan kita berani (Hamka, 2017: 273).

Karena tahu Rasulullah menganjurkan. Karena paham Allah yang memerintah.

Maka seseorang itupun maju dengan sikap beraninya.

Meski begitu, sikap berani bukan ditujukan untuk ambil muka. Karena jika begitu riya namanya. Dan tidaklah masuk surga orang memiliki sombong sebagai sifatnya.

Falsafah Hidup Buya Hamka penuh dengan nasehat. Tak hanya tentang berani tetapi segala persoalan.

Tentang orang meninggal. Bid'ah dan larangan upacara kematian. Tentang tetangga. Tentang cinta. Pun tentang keadilan yang mesti ditegakkan.

Membaca buku ini serasa mendengar petuah seorang Tuan Guru. Seorang kakek yang penuh hikmah.

Bahasanya memang berbeda. Aksennya melayu. Dan karena rentang zaman yang lumayan; buku ini ditulis ketika Belanda masih berkeliaran di Indonesia dan sekarang telah merdeka.

Membacanya pun tak bisa sekali lahap macam menghabiskan novel. Harus dicerna maksudnya.

Untuk memksimalkan membaca ala speep reading pun tak bisa (beda kasus kalau kalian sudah expert).

Agama adalah nasehat.

Falsafah Hidup isinya semua nasehat sayang jika melewatkan halaman per halaman. Membacanya hati terasa semakin bening. Puas sudah menghatamkannya ♡

---
Judul: Falsah Hidup.
Penulis: Buya Hamka.
Tahun Terbit: Cetakan ke VI, 2017.
Penerbit: Republika.
Halaman:  XXXIV + 428.

Minggu, 07 Oktober 2018

Surabaya BBW 2018 Looks Like

Big Bad Wolf, pameran buku impor terbesar kembali digelar di Surabaya tahun 2018 ini. Event yang aku tunggu-tunggu karena mendatangi acara BBW bisa membuatku kalap mata. Semua buku aku liatin.

Memang surga rasanya mendatangi pameran buku. Tempat berkumpulnya banyak ilmu.

How We Get There.

Berlokasi di tempat yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya; JX International Expo. Di jalan A. Yani yang bersebelahan dengan UINSA. Membuat kami tak perlu repot mencari.

Aku menuju lokasi BBW bersama dua orang teman dengan menaiki taksi online. Dari stasiun Wonokromo, hanya membayar Rp 13.000. Jika dibagi tiga orang, lumayan ~

Finally We Here!

Sampai di lokasi, bayar taksi dulu baru bisa masuk. Kasian Pak Sopir sudah mengantar tapi tidak dibayar :D

Di pintu masuk, sudah berjejer 2-3 orang sekuriti. Mereka bertugas mengecek tas, ransel dan barang bawaan pengunjung. Makanan dan minuman tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruangan. Harus diletakkan di luar ruangan.

Pastikan perut dalam keadaan kenyang dan badan sehat bugar. Ben kuat menghadapi kenyataan. Agar di dalam area BBW tidak banyak jajan. Jajan buku aja yang banyak. Dan biar kita bisa mengelilingi stan-stan impian berupa tumpukan buku berisi ilmu baru ♡

Itulah yang aku lakukan. Mendatangi stan buku satu per-satu. Sampai-sampai dua temanku lelah menunggu.

You never know how lifestyle being a bookworm :D

Iya, dua-tiga jam hunting buku nggak kerasa.

Kalau qiyamullail selama itu kuat, nggak? T.T

Qadarullah, panitia BBW menyiapkan stan makanan dan aneka window shopping untuk para pengunjung di lantai dua. Daripada menunggu diriku yang entah sampai kapan bisa ditungguin, dan buku-buku yang dijual di situ pun kebanyakan in English, they left me for a serve of food and bags.

Dua tas cantik khusus untuk travelling berhasil membius mereka berdua. Masya Allah harganya juga cantik. Beli satu dapat dua. Jadi bisa berdua. Lucky them.

Sementara aku terus menjelajahi lautan buku di antara ratusan manusia.

Our Experience

Masuk ke dalam arena pameran BBW 2018 aroma buku-buku baru langsung tercium. Binar para pemburu juga terlihat. Masya Allah atmosfer bookworm-nya membuatku semangat mengambil troli besar.

Padahal biasanya cuma ambil tempat yang berwarna merah itu. Hanya saja punggungku harus segera beristirahat dari beban ransel yang berat ~

Sambil mendorong troli, sejauh mata memandang aku hanya mendapati stan khusus anak-anak. Label CHILDREN terpampang besar dan sangat jelas.

Masak iya semuanya buku-buku anak-anak?

Kalau dari label yang terlihat di segala penjuru memang iya. Di sana CHILDREN. Di situ CHILDREN.

Stan khusus untuk fiksi, young adult hanya satu-dua. Puluhan lainnya CHILDREN.

Kalau aku boleh mepresentasikan maka; menurutku kategori macam arsitek, sejarah itu hanya 1-10%. Tapi buku-buku anak bisa sampai 80-90%!

Dari mulai pengenalan huruf dan angka hingga buku pop-up serta kreatifitas anak-anak. Ujung ke ujung.

Namun aku ter-bahagia-kan oleh stan khusus art & design. Nemu buku yang rasanya aku banget. Berisi tentang all about design. Dari mulai pembahasan poster, iklan, logo hingga desainer ternama.

Pegang buku ini berasa mahasiswa DKV

Buku tersebut tebalnya diibaratkan dua buku Dan Brown ditumpuk jadi dua. Dan sepertinya lebih tebal lagi. Terbitan terbaru; 2018 membuat harga buky WOW. Sekitar Rp 450-an ribu. Jika saja diskon membuat nilainya miring hingga kurang dari 100 ribu sudah kubeli dia.

Tapi mengingat ongkos pulang; naksi online lagi, naik kapal dll aku urung beli. Tak cukup, pemirsah.

Aku hanya puas membaca di tempat dan tentu saja dengan teknik membaca cepat.

Badha ollena noro' Reading Challenge sampe ka ghan kelas Super Reader.

Stan art & design ini cukup sepi. Tak banyak orang mendatangi. Lucky me. Aku bisa membacanya dengan puas.

After a lot of description about logo, packaging etc, at the end of this book shows the people behind the design. Para desainer ternama dan studio keren dunia tersajikan di akhir bab.

Quotes yang paling aku ingat adalah, katanya, desain yang paling bagus adalah yang simple. Then they said, design is a clear visual passage.

Aku lupa siapa yang bilangnya -.-
Saking cepatnya baca :D

Let's Go Home!

Lega rasanya setelah tamat baca buku tersebut. Jujur, aku nggak tega menaruhnya kembali ke tempat semula.

Atuhlah itu bukunya cuma ada satu pula ~
Aku pun tak bisa memotretnya. Baterai sekarat dan dua orang temanku tak tahu sudah ke mana ~
But we shoul be apart :D

Troli kembali kudorong sambil memindai keberadaan teman-teman kesayangan. Tak menemukan lokasi mereka aku melipir sebetar ke stan Mizan.

Di dekat pintu masuk sebelah kanan barulah ada dari penerbit Mizan untuk versi Bahasa Indonesianya. Stan ini hanya 20% isi pameran yang bukunya in international language.

Di situlah dua orang temanku kembali.

It is time. Alarm to get ready to go home ~

Mereka membantuku merapikan buku-buku. Kami memilah mana buku yang jadi kubeli.

Bunch of love and thanks. Buat dua akhwatii fillah. Sudah mau ikut aku ke BBW 2018. Meskipun tak satu pun buku yang menarik hati mereka.

Hal yang paling berkesan dari BBW tahun ini adalah ukhuwah yang terdiri dari persaudaraan, kekompakan dan rencana perjalanan yang panjang.

Karena dari Jombang dan Surabaya kami akan melanjutkan petualangan ke Bangkalan dan Kota Gerbang Salam ♡

Anyway, aku akan tetap datang ke acara pameran selanjutnya. Berburu buku bagus yang mencerahkan pikiran. Sama siapa? Kita tunggu kejutan dari Allah nanti.

Surabaya BBW 2018 Looks Like

Big Bad Wolf, pameran buku impor terbesar kembali digelar di Surabaya tahun 2018 ini. Event yang aku tunggu-tunggu karena mendatangi acara BBW bisa membuatku kalap mata. Semua buku aku liatin.

Memang surga rasanya mendatangi pameran buku. Tempat berkumpulnya banyak ilmu.

How We Get There.

Berlokasi di tempat yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya; JX International Expo. Di jalan A. Yani yang bersebelahan dengan UINSA. Membuat kami tak perlu repot mencari.

Aku menuju lokasi BBW bersama dua orang teman dengan menaiki taksi online. Dari stasiun Wonokromo, hanya membayar Rp 13.000. Jika dibagi tiga orang, lumayan ~

Finally We Here!

Sampai di lokasi, bayar taksi dulu baru bisa masuk. Kasian Pak Sopir sudah mengantar tapi tidak dibayar :D

Di pintu masuk, sudah berjejer 2-3 orang sekuriti. Mereka bertugas mengecek tas, ransel dan barang bawaan pengunjung. Makanan dan minuman tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruangan. Harus diletakkan di luar ruangan.

Pastikan perut dalam keadaan kenyang dan badan sehat bugar. Ben kuat menghadapi kenyataan. Agar di dalam area BBW tidak banyak jajan. Jajan buku aja yang banyak. Dan biar kita bisa mengelilingi stan-stan impian berupa tumpukan buku berisi ilmu baru ♡

Itulah yang aku lakukan. Mendatangi stan buku satu per-satu. Sampai-sampai dua temanku lelah menunggu.

You never know how lifestyle being a bookworm :D

Iya, dua-tiga jam hunting buku nggak kerasa.

Kalau qiyamullail selama itu kuat, nggak? T.T

Qadarullah, panitia BBW menyiapkan stan makanan dan aneka window shopping untuk para pengunjung di lantai dua. Daripada menunggu diriku yang entah sampai kapan bisa ditungguin, dan buku-buku yang dijual di situ pun kebanyakan in English, they left me for a serve of food and bags.

Dua tas cantik khusus untuk travelling berhasil membius mereka berdua. Masya Allah harganya juga cantik. Beli satu dapat dua. Jadi bisa berdua. Lucky them.

Sementara aku terus menjelajahi lautan buku di antara ratusan manusia.

Our Experience

Masuk ke dalam arena pameran BBW 2018 aroma buku-buku baru langsung tercium. Binar para pemburu juga terlihat. Masya Allah atmosfer bookworm-nya membuatku semangat mengambil troli besar.

Padahal biasanya cuma ambil tempat yang berwarna merah itu. Hanya saja punggungku harus segera beristirahat dari beban ransel yang berat ~

Sambil mendorong troli, sejauh mata memandang aku hanya mendapati stan khusus anak-anak. Label CHILDREN terpampang besar dan sangat jelas.

Masak iya semuanya buku-buku anak-anak?

Kalau dari label yang terlihat di segala penjuru memang iya. Di sana CHILDREN. Di situ CHILDREN.

Stan khusus untuk fiksi, young adult hanya satu-dua. Puluhan lainnya CHILDREN.

Kalau aku boleh mepresentasikan maka; menurutku kategori macam arsitek, sejarah itu hanya 1-10%. Tapi buku-buku anak bisa sampai 80-90%!

Dari mulai pengenalan huruf dan angka hingga buku pop-up serta kreatifitas anak-anak. Ujung ke ujung.

Namun aku ter-bahagia-kan oleh stan khusus art & design. Nemu buku yang rasanya aku banget. Berisi tentang all about design. Dari mulai pembahasan poster, iklan, logo hingga desainer ternama.

Pegang buku ini berasa mahasiswa DKV

Buku tersebut tebalnya diibaratkan dua buku Dan Brown ditumpuk jadi dua. Dan sepertinya lebih tebal lagi. Terbitan terbaru; 2018 membuat harga buky WOW. Sekitar Rp 450-an ribu. Jika saja diskon membuat nilainya miring hingga kurang dari 100 ribu sudah kubeli dia.

Tapi mengingat ongkos pulang; naksi online lagi, naik kapal dll aku urung beli. Tak cukup, pemirsah.

Aku hanya puas membaca di tempat dan tentu saja dengan teknik membaca cepat.

Badha ollena noro' Reading Challenge sampe ka ghan kelas Super Reader.

Stan art & design ini cukup sepi. Tak banyak orang mendatangi. Lucky me. Aku bisa membacanya dengan puas.

After a lot of description about logo, packaging etc, at the end of this book shows the people behind the design. Para desainer ternama dan studio keren dunia tersajikan di akhir bab.

Quotes yang paling aku ingat adalah, katanya, desain yang paling bagus adalah yang simple. Then they said, design is a clear visual passage.

Aku lupa siapa yang bilangnya -.-
Saking cepatnya baca :D

Let's Go Home!

Lega rasanya setelah tamat baca buku tersebut. Jujur, aku nggak tega menaruhnya kembali ke tempat semula.

Atuhlah itu bukunya cuma ada satu pula ~
Aku pun tak bisa memotretnya. Baterai sekarat dan dua orang temanku tak tahu sudah ke mana ~
But we shoul be apart :D

Troli kembali kudorong sambil memindai keberadaan teman-teman kesayangan. Tak menemukan lokasi mereka aku melipir sebetar ke stan Mizan.

Di dekat pintu masuk sebelah kanan barulah ada dari penerbit Mizan untuk versi Bahasa Indonesianya. Stan ini hanya 20% isi pameran yang bukunya in international language.

Di situlah dua orang temanku kembali.

It is time. Alarm to get ready to go home ~

Mereka membantuku merapikan buku-buku. Kami memilah mana buku yang jadi kubeli.

Bunch of love and thanks. Buat dua akhwatii fillah. Sudah mau ikut aku ke BBW 2018. Meskipun tak satu pun buku yang menarik hati mereka.

Hal yang paling berkesan dari BBW tahun ini adalah ukhuwah yang terdiri dari persaudaraan, kekompakan dan rencana perjalanan yang panjang.

Karena dari Jombang dan Surabaya kami akan melanjutkan petualangan ke Bangkalan dan Kota Gerbang Salam ♡

Anyway, aku akan tetap datang ke acara pameran selanjutnya. Berburu buku bagus yang mencerahkan pikiran. Sama siapa? Kita tunggu kejutan dari Allah nanti.

Selasa, 19 Desember 2017

Romansa dan Budaya dalam Jane Austen's Sense and Sensibility

Romansa dan Budaya dalam Jane Austen's Sense and Sensibility

Cerita Sense and Sensibility terkesan lambat awalnya. Tokoh rekaan Jane Austen dikenalkan satu persatu dengan deskripstif di volume pertama. Sabar, itu pesan Mbak Ila ketika merekomendasikan sastra klasik ini. Alon-alon asal kelakon..

Terjemahannya enak. Ditambah setelah kuketahui salah satu translatornya adalah Prisca Primasari, one of my favourite author! Makin semangat deh bacanya. Novel-novel rekaan beliau yang ingin kukoleksi semuanya. Pertama berjumpa dengan beliau pada Will and Juliette (Lingkar Pena Publishing) dil tahun 2008. Vokalis rock and roll dan wanita Muslim, penderita rabun senja.

Karena nggak mungkin novel ini sangat begitu mengesankan hingga tak lekang oleh waktu meski ratusan tahun berlalu, jika ceritanya biasa-biasa saja. Maka dengan sabar aku menelusurinya bab demi bab.

Di volume dua, aku mulai nyaman mengikuti ritme --apalagi di volume tiga, saat alurnya semakin seru. Cara bacaku bisa memakai speed reading style. Tak lagi pelan. Aku mulai akrab dengan Marienne dan Elianor. Dua kakak beradik yang perlahan beranjak dewasa; perempuan yang mencoba mencari kisah sejati.

Muncullah Willoughby, Kolonel Brandon, dan Edward Ferras dalam kehidupan keduanya.

Kisah yang rumit karena ini terjadi di tahun 1811 (setidaknya ini tahun pertama kali Sense and Sensibility terbit). Waktu yang menunjukkan ketiadaan telepon genggam dan pesan hanya sampai melalui seorang pelayan. Sehingga kesalahpahaman dan prasangka biasa muncul dalam kelindan cerita mereka.

Undangan, pesta, dan gunjingan menjadi lifestyle yang biasa pada zaman itu.

"Aku ingin sekali mengundangmu dan adikmu. Maukah kalian datang dan menghabiskan waktu di Cleveland Natal ini? Katakan ya; dan datanglah selagi keluarga Wetson berkunjung ke tempat kami. Aku akan sangat gembira! Akan sangat menyenangkan!.." (Austen, 2016: 141).

Itu juga termasuk prestige dan cara membanggakan diri jika berhasil mengundang mereka serta menunjukkan kemewahan rumah pemiliknya. Hal itulah yang terpikir pertama kali oleh Mrs.Dashwood, ibunda Elianor ketika akan pindah rumah.

"Tapi aku berharap bisa menjamu banyak teman di sana. Kami bisa menyediakan  satu atau dua kamar; dan kalau teman-temanku tidak merasa repot bepergian sejauh itu untuk bertemu  untuk bertemu denganku, aku merasa sangat senang menyediakan tempat menginap." (Austen, 2016: 35).

Ramah-tamah dan basa-basi masih terlihat jelas dalam Sense and Sensibility rekaan Jane Aunsten ini. Novel yang telah beberapa kali diapdatasi ke film layar lebar.

Kasta dan takhta adalah hal yang sangat diperhatikan dalam pemilihan jodoh. Hal ini diterangkan Mrs. Ferras ketika Edward mengutarakan hubungannya dengan wanita.

"..Miss Morton putri seorang bangsawan dengan nilai tiga puluh ribu pound, sedangkan Miss Dashwood hanyalah seorang putri pria terhormat dengan kekayaan tak lebih dari tiga ribu pound..." (Austen, 2016: 452-453).

Memang sedari awal Fanny tak setuju hubungan anaknya dengan Elianor. Makin rumitlah jalan cerita ketika juga ada Lucy dalam kehidupan Edward. Ending-nya susah ditebak deh.

Tak hanya romansa, kulihat budaya yang masih melekat di zaman itu. Topi, seperti yang dibicarakan beruang dari pedalaman Peru dalam film Paddington, katanya dulu topi amat lekat dalam budaya Inggris. Namun sekarang sudah tergerus zaman. Dalam Sense and Sensibility ini topi muncul di halaman 429.

"Saya mengangkat topi, dan dia mengenal dan menyapa saya, lalu dia bertanya tentang Anda, Ma'am.."

Mengangkat topi adalah suatu cara untuk menyapa seseorang dengan penuh penghormatan. Seperti membungkuknya orang Jepang.

Juga kereta kuda sebagai alat transportasi mereka. Belum ada mobil ataupun pesawat. Jika tak ada kereta mereka akan bepergian dengan kuda atau berjalan kaki.

Nah latar Sense and Sensibilty-nya Jane Aunsten sangat aku sukai. Apalagi ketika berbicara tentang pedesaan. Aku membayangkannya seperti bukit-bukit di Skotlandia dan budaya yang mengelilingin. Tapi dalam cerita disebutkan bukit Allenham, tempat pertama kali bertemunya Marienne dan Willoughby.

***

Judul: Sense and Sensibility
Penulis: Jane Austen
Penerjemah: Prisca Primasari dan Linda Boentaram
Penyunting: Dyah Agustine
Proofreader: Enfira
Desain Sampul: AM Wantoro
Penerbit Qanita [Mizan]
Cetakan: Pertama, Mei 2016
Halaman: 460

Sabtu, 16 Desember 2017

Pernyataan Sikap Anak-anak Palestina

Pernyataan Sikap Anak-anak Palestina
Zionis Yahudi telah menduduki Palestina sejak tahun 1948. Mereka datang menjajah dan memborbardir tanah air penduduk Palestina. Menghancurkan bangunan, dan membunuh kejam penduduknya.

"Aku juga gelisah dan takut karena pesawat-pesawat F-16, pesawat pengintai, dan pesawat Apache selalu menginspeksi kami, menghujani kami dengan bom fosfor yang mematikan, melempari kami dengan rudal dan mortir. Aku benci Zionis."
Yusuf, 11 tahun.

Palestina yang utuh telah terbagi menjadi dua. Kini ada negara Israel yang menduduki kota suci kita. Hanya sepetak kecil yang tersisa.

Palestina Kini.
90 anak-anak Palestina menyatakan sikapnya. Mereka menceritakan kondisi Palestina dalam buku ini: Surat Sahabat dari Palestina, Masih Adakah Harapan buat Kami? Anak-anak Palestina ini juga menuliskan perasaan, harapan mereka. Terlebih pada dunia internasional.

"Kepada masyarakat dunia aku meminta do'a dan dukungan. Doakan aku dan rakyat Palestina agar Allah meneguhkan kaki-kaki kami melawan musuh."
Alyan, 12 tahun.

Palestine will be free.

Anak-anak Palestina dengan rentang umur 7-18 tahun ini juga membisiki kita tentang cita-citanya. Mereka ingin membebaskan Palestina dari jajahan Israel dan menghafal Al-Quran. Tentu saja itu cita mereka yang paling utama.

Setiap anak menyebutkan mimpi-mimpi mereka. Majdi (8 th) ingin menjadi tentara pembela negara. Sama seperti Ahmad (9th) yang ingin menjadi mujahid Palestina. Dan kelak ketika besar, Umar (7th) ingin menjadi dokter agar dapat membantu saudara-saudaranya yang sakit dan cedera.

Tak hanya warga Palestina yang berduka cita, namun seluruh muslim dunia. Al Quds, Kiblat pertama muslim. Tempat Nabi Muhammad mengimami ratusan Nabi. Tempat Rasulullah berhenti sebelum pergi ke sidratul Muntaha bertemu Allah 'azza wa jalla.

Dan Al-Quds adalah milik kami dan bukan untuk dijadikan ibu kota Israel!

Dome of the Rock (kubah emas) dan Masjid Al-Aqsha (kubah hijau keabuan) di Yerussalem timur.

"Kalau aku sudah besar, aku bercita-cita untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha dan shalat di dalamnya. Aku juga bercita-cita menghancurkan  kekuatan Israel dan melenyapkan pendudukan Israel atas tanah tumpah darah kami di berbagai penjuru negeri Palestina. Semua itu kulakukan karena itulah hak kami. Kami hanya ingin mengambil hak kami, lain tidak..."
Sha'ib, 15 tahun.


***

Judul: Surat Sahabat dari Palestina, Masih Adakah Harapan buat Kami?
Penyusun: Komite Nasional untuk Rakyat Palestina
Penerjemah: Ali Ghufron dan Darsim Ermaya I.F.
Penerbit: PT Era Adicitra Intermedia
Cetakan: Kedua, Jumadat Tsani 1436
Halaman: 225 halaman

Selasa, 05 Desember 2017

Burlian si Anak Spesial

Burlian si Anak Spesial
Burlian si anak spesial, begitu Mamak, Bapak, Wak Yati, Bakwo Dar dan lingkungan memanggilnya. Bukan dengan sebutan ia si anak nakal atau pembangkang.

Anak-anak Mamak tumbuh dengan lingkungan positif. Julukan positif meskipun kadang harus diteriaki beberapa kali oleh Mamak baru mau menurut.

Amelia, si bungsu, si kuat. Burlian si anak spesial yang suka berpetualang. Pukat si anak pintar, pandai dan selalu bisa menjawab segala pertanyaan. Eliana si sulung yang pemberani, melindungi harta berharga kampung dari jarahan orang kota.

Setiap anak memiliki karakternya sendiri. Dalam Burlian, Tere Liye menegaskan bahwa ia adalah anak Mamak yang spesial. Walaupun 'bandel'nya luar biasa juga.

***

Mainan ala Anak-anak
Tak ada gawai, tentu saja. Mainan Burlian adalah otok-otok yang dibuat Pukat. Bisa saja mereka membelinya di pasar kecamatan, tapi apalah daya dompet yang tak beruang. Lagipula Pukat si pintar bisa membuatkannya dengan otak cemerlang.


Jika dalam Eliana, partner-nya melawan orang kota adalah Marhotap, Burlian memiliki karib yang bernama Ahmad. Teman yang sangat mahir bermain bola. Di lapangan bekas pabrik karet mereka bertanding di sana. Sangat seru. Orang sekampung menonton dan mengelu-elukan keduanya hingga peristiwa naas itu terjadi.

SDSB! Mainan yang dicoba Burlian ini membuat Mamak geram. Bahkan Nek Kiba di surau juga ikut turun tangan. Soalnya pemuda-pemuda kampung juga main. Burlian dibilangin juga nggak boleh tapi tetep aja cobacoba.

Main ala Burlian berarti mendekati yang terlarang. Ada untungnya juga, dia bisa bertemu dengan orang Jepang, meneropong bintang dan makan ayam hutan.

Nakamura-san yang membongkar bahwa makan di kasur itu tak apa asal dia tidak meninggalkan remah-remah. Membereskannya kembali sebelum Mamak mara-marah.

Berpetualang bersama Mang Unus
Serial anak Mamak lainnya pun melakukan hal serupa. Mang Unus adik kandung Mamak. Dengan motor trail, dibawanya secara bergantian anak Mamak ke tempat-tempat spesial di seluruh penjuru kampung.


Bersama Burlian, anak ketiga Mamak, mereka melewati hutan dan memasuki gubuk larangan. Ada 'putri mandi', 'harta berharga kampung' yang harus dilindungi dengan cerita seram dan bumbubumbunya.

Tapi Mang Unus membongkarnya rahasia tersebut. 'Putri mandi' yang langka, di tempat seram; gubuk larangan.

Memperjuangkan Pak Bin
Pak Bin, guru satu-satunya di sekolah. Eliana, Pukat, Burlian dan Amelia diajari oleh guru yang sama, Pak Bin. Bertahun mengabdi pada bangsa, mengajar anak-anak di pedalaman Sumatera belum pernah sekalipun ia diangkat menjadi PNS.


Sekolah roboh dan menjadi anak spesial yang masuk televisi dijadikan kesempatan oleh Burlian untuk memperjuangkan Pak Bin. Di hadapan wartawan ia ungkapkan semua keinginannya.

***

Kutaksir setting cerita karangan Tere Liye ini tahun 1980an. Televisi masih hitam putih dan hanya TVRI. Listrik belum sempurna masuk desa. Malam mereka cahayakan dengan canting-canting di rumah atau obor ketika akan pergi keluar. Seperti pulang-pergi mengaji di rumah panggung Nek Kiba.

***