Rabu, 06 Januari 2016

Sehat itu Sederhana

Mitos dan Fakta Kesehatannya Erikar Lebang membuka persepsi baru terkait banyak hal. Sehat itu sederhana. Tak rumit dan murah. Tak perlu banyak-banyak biaya. Orang miskin pun bisa sehat!

Buah dan sayur segar sangat diunggulkan di sini. Terlebih makan buah di pagi hari. Hal tersebut yang utama. Baru karbohidrat dan terakhir protein.

Jangan terlalu mendewakan daging! Karena ia sulit dicerna lambung. Apalagi susu. Susu dikenal jahat di buku ini. Tak ada baiknya sama sekali. Makanya sang penulis amat geram ketika tantenya hanya mengkonsumsi minuman itu..

Teh dan kopi juga musuh. Boleh, asal secangkir sehari. Menghilangkannya lebih ideal lagi. Yang paling penting adalah air. Kalau nggak jus buah dan sayur buatan sendiri. Alkohol? Jauh-jauh deh.

Makanan mentah seperti buah dan sayuran segar sangat diutamakan. Karena dapat membuat kondisi lambung kita dalam keadaan basa. Banyak pelaku yang dicontohkan dalam buku dan berhasil tentunya.
Gue ketawa pas penulis bilang, food combining nggak ada unsur komersialnya hanya bikin bangkrut pemiliknya. Ya, makanya konsep ini banyak ditolak ahli kesehatan.

Biayanya pun murah. Nah, di sini yang menjadi benturannya dengan dunia kesehatan konvensional. Susah bikin kaya! Tidak bisa menghidupi industri.
*page 186

Belum lagi Becham vs Pasteur. Pakar yang bertolak belakang. Pasteur bilang sumber penyakit ada di bakteri. Makanya sayuran kudu dimasak sempurna. Dimasak dengan suhu 100C agar bakteri dan kuman mati.

Hal tersebut tentu saja mengkibatkan banyak vitamin hilang. Sedangkan Becham ingin agar PH tubuh kita netral atau kalau bisa sampai basa. Makanya kudu makan buah dan sayur segar (mentah) #rawfood.

Otto Heinrich Warburg peraih nobel tahun 1931 mengatakan bahwa sel kanker tidak bisa hidup dalam PH basa. Mengobatinya dengan obat-obatan ataupun kemoterapi itu sama saja meruntuhkan kokohnya dinding dalam tubuh. Apalagi tanpa adanya perubahan lifestyle, pola makan juga. Makin ambruk deh.

Temuan vital Becham dan Warburg harus diakui sulit dikembangkan ke sisi komersial, karena tidak akan didukung oleh industri, less profit.
*page 179

Sehat itu bagaimana mengatur pola makan dengan gizi seimbang. Bukan karena kits belum sakit. Hidup sehat! Banyak makan buah dan sayur.
Terbitan Kompas 2014.


Menjelajah Nusantara

Ditulis oleh perempuan lulusan PTN Bandung buku ini kaya akan informasi. Seorang ekolog *cmiiw yang peduli akan sekitar.

Ini buku pertamanya. Novel dengan judul De Journal yang banyak diinspirasi dari kisah nyata. Aku sendiri lebih menikmatinya sebagai nonfiksi. Banyak footnote yang menghiasi halamannya. Bahkan catatan kakinya ada yang mencapai setengah halaman. Mungkin karena beliau calon magister kali ya. Menurutku seperti dosen gaul sedang bercerita. Banyak ilmu pengetahuannya.

Jadi Tya, si tokoh utama diceritakan travelling di tahun kedua kuliahnya. Mojang Bandung yang kemudian memutuskan untuk memulai perjalanan dari daerah timur Indonesia. Setelah ia mengakhiri hubungan dengan Bayu. Lelaki Jawa yang menurut adatnya menginginkan pedampingnya sebagai orang rumahan. Sedangkan Tya tidak seperti itu.

Dari dulu Tya adalah anggota Pecinta Alam, jadi wajar dese (kata yang sering dipakai penulis) suka eksplore. Bahkan dulu jadian sama Bayu di Bukit Tinggi. Namun lima tahun pacaran akhirnya pupus juga. Tya tak sesuai kriteria sebagai istri orang Jawa.

Kemudian mulailah ia menjelajah nusantara. Membulatkan tekad menjadi solo backpacker dengan motornya. Dari daerah Lombok, Komodo dan seterusnya.

Di tahun 1999 waktu itu. Banyak yang menyangka dese perempuan gampangan. Pasalnya tak banyak kaum hawa yang bepergian sendirian ke berbagai daerah pula. Tya sih memang biasa bergaul dengan laki-laki. Kalau ada yang macem-macem tinggal tonjok aje. Dese kan pernah menjuarai pencak silat tingkat nasional. Uda ada yang kena. Hati-hati aja sama ini cewek. Haha.

Buku pertama tentang jalan-jalan yang baru aku baca. Keseringan sih yang sudah-sudah ceritanya keliling Eropa, Amerika atau kalau Asia palingan Jepang. Membaca buku ini aku sambil ngebayangin daerah yang sering tampil di My Trip My Adventure. Lumayanlah ada bayangan. Seperti waktu diving  nonton samanta atau di Pulau Komodo itu.

Pertengahan cerita Tya sering ketemu bule. Dimulai waktu ia main d Bali. Lanjut ke arah Sumatera apalagi. Banyak bule yang ngunjungin Pulau Samosir. Kalau ketemu bule sering ada adegan dewasanya. Ini nih salah satu yang bikin aku nggak suka. Hmm, nambah image perempuan gampangan.

Afterall, bikin aku lebih suka novel tavelling ala Asma Nadia atau Hanum.  Dari satu sampai lima, aku kasih novel ini angka dua ^^V Menurutku setiap orang punya pilihan masing-masing. Hihi.

Oia, di akhir bukunya sang penulis juga memberikan wejangan terkait travelling. Seperti tips-tips bagi seorang backpacker sampai urusan apa yang harus dibawa.

PS: Nggak ada foto cover soalnya keburu disampul pake kertas kado sama yang baca duluan.