Minggu, 07 Februari 2016

Padang Bulan: Lamunan Masa Lalu

Aaaaa..... Padang Bulan ini amat sangat mengesankan.

That was my comment after reading Padang Bulan. Novel ini membuatku tak bisa bernafas. Sesekali aku harus menjedakan diri. Think about something.

Mungkin itulah yang dirasakan orang-orang. Membacanya seakan kita terlempar ke masa lalu. Andrea seperti membisiki kenangan-kenangan lampau. Membuat kita terhanyut dalam arusnya. It's very nice.

Seperti misal ketika Ikal menanyakan hal tentang ulang tahun-Ikal? Ini lanjutan Laskar Pelangi?- temannya mengatakan itu hanya dilakukan kaum China. Orang-orang kaya saja. Orang udik? Mana bisa.

Atau ketika Enong hilang dikejar pemburu timah. Ia harus melompat dari ketinggian menuju dasar sungai. Membuat kuteringat cerita Randai terseret arus sungai dalam Serial Anak-anak Mamak Tere Liye. Entah itu dalam Pukat atau Burlian. Malah tahun ini heboh dengan orang-orang hilang masuk dalam lingkaran sesat terorisme.

Dan Jose Rizal! Burung merpati pengantar pesan. Itu sangat dulu bangeeet 'kan. Membuat khayalanku jatuh di masa kecil. Serial-serial televisi yang menceritakan hal sama. Saat santri dulu aku suka berharap memiliki that one. Sekedar untuk mengantar pesan pada orang tua. Di pondok 'kan tak boleh bawa telepon genggam.

Andrea berbicara blak-blakan dalam novelnya. Diksinya sederhana tapi mengena. That's why quote yang aku kumpulkan tak terlalu banyak. Afterall I really enjoy this novel most.

Endingnya menurutku sempurna. Bagus. Tak membuatku meminta lagi dan lagi. Seperti novel-novel yang aku baca sebelumnya. Pas, tak lebih.

For addition, aku belajar taknir baru dalam menulis di sini. Okay, that's all. See you later. I'll continue read the second  novel. Wait me for the next post! I promise. God willing...

Padang Bulan [Quotes]

"Bisa mencret-mencret, Boi. Itu kenyataan sebenarnya tentang ulang tahun!"
-page 53

"Pekerjaannya amat mulia yakni memperluas cakrawala pengetahuan umat manusia sebab mereka dapat menonton acara televisi dari negeri-negeri yang jauh sehingga tidak hanya dicekoki oleh sinetron-sinetron naudzubillah itu."
-page 153

"Lidah membuat dosa, semudah parang menampas pisang."
-page 163

"Kalau yang kauinginkan memamg kucing, dapatlah kau kucing. Bagaimanapun bunyinya mengeong, syukuri. Tapi, kalau yang kauharapkan pelanduk, kecewalah engkau."
-page 169

"Pertemuan dengan seseorang memgandung rahasia Tuhan. Maka, pertemuan sesungguhnya adalah nasib. Orang tak hanya begitu saja, pasti adalah sesuatu di balik itu."
-page 188

"Orang-orang itu telah melupakan bahwa belajar tidaklah melulu untuk mengejar dan membuktikanbsesuatu, namun belajar itu sendiri adalah perayaan dan penghargaan pada diri sendiri."
-page 196

"Kemampuan sastrawimu membuat kata-kata itu bernapas, lalu hidup untuk menemukan ujung nan berima-rima."
-page 222

In a fact this novel inspired me a lot.