Selasa, 14 November 2017

My Finding in Dan Brown's Inferno [Quotes]

Dan Brown's Inferno [The Quotes]

The darkest places in hell are reserved for those who maintain their neutrality in times of moral crisis.

Seek and ye shall find.

The decisions of our past are the architects of our present.

One great work of art inspired by another.

This changes everything.

Know only your mission. Share nothing.
Sweetheart, never forget you're a miracle.

There is seacond option, now. Complete your mission!

This is the future I would be giving my child?

The truth can glimpsed only through the eyes of death.

My career is all I have!

Compassion is a universal languange.

Provide the service. Trust the client. Ask no question.

Free divers swimming deep into a tunnel, far past thr point of no return, and then colliding with a stony dead end.

I'm a fan of the truth even if it's painfully hard to accept.

If you know where to look, Florence is heaven.

Avarice wan an international sin.

I'm not following.

The Lord works in mysterious ways.

"Robert, I thought you were a studenf of world history."

"Yes, but the world is large and history is long.."


It is physically imposibble for the human mind to think of nothing.

You CAN save the world. If not you, then who? If not now, then when?

While Christian tradition favored literal images of its god and saint, Islam focused on calligraphy and geometric patterns to represent the beauty of God's universe. Islamic tradition held that only God could create the life, and therefore man has no place creating images of life; not gods, not people, not even animals.

Depicting God's face would be considered blasphemy.

Safrice the few to save the many.

He was a scientist, a results-oriented person.

If everything you're saying is true, then you have my word.

***

Those are the quotes I could share with you. Honestly I took many quotes but they acted as research quotation through the conflict. Then, if I writes all here, I will be a spoiler of the story. So it will be nice if you read the novel by yourself. Happy reading!


Senin, 13 November 2017

Materi Tere Liye di Al-Amien Prenduan

"Aku Mengenal Tuhan karena Menulis," tema seminar Inspiratif Tere Liye tertanggal 6 November 2017 di Al-Amien Prenduan Sumenep Madura.

Iyaa ini telat nulisnya. Dejavu dan dapet hidayah karena nemu selembar kertasnya di dalam ransel berisi catatan materinya.

Ditulis ulang di blog ini dengan bahasaku dan beberapa celotehan. Sila ambil yang baik-baik ^^


BEING AN AUTHOR

"Penulis itu dikenal tulisannya bukan orangnya," jelas Bang Tere di permulaan acara. Logat beliau membuatku menebak-nebak. Tere Liye asalnya dari mana ya? Menilik dari karya-karyanya, kurasa dari Sumatera.

Mungkin saja, soalnya Bang Tere tak pernah menuliskan biodatanya di halaman terakhir karyanya. Karena katanya,

"Yang penting mengenal tulisannya tidak perlu mengenal penulisnya."
Seperti pepatah bahasa Arab yaa.

"Undzur maa qaala wa laa tandzur man qaala."

Perhatikan isi pembicaraannya. Bukan siapa yang berbicara. Tak peduli dia orang dari mana, asal materinya bagus, kita ambil saja. Tak peduli lebih muda dan berbeda suku bangsa misalnya.

Tere Leye di Al-Amien Prenduan

AUTHOR'S JOB

Menurut Bang Tere Liye, ada tiga hal yang harus dilakukan seorang penulis.

Satu. Harus terus berlatih.

Iyaa, jangan ngaku penulis kalau kamu menulisnya cuma sekali dan tidak pernah latihan. Kata Bunda Helvy, produser Duka Sedalam Cinta, menulis itu ibarat kungfu.

Kayak keren gitu lihat Jackie Chan main kungfu. Terus kepengen mahir kungfu juga. Nah, takkan engkau pandai berbela diri macam dia kecuali kamu latihan. Latihan dengan gigih dan keras. Sama seperti Om Jackie.

Kedua. Watch out how the other writes.

Lihat bagaimana orang lain menulis. Seperti Buya Hamka contohnya. Perhatikan style-nya. Bagaimana beliau memainkan diksi. Kalimatnya yang bak embun pagi di tangkai melati. Wangi, segar nan menyejukkan hati.
*Buka jendela lebar-lebar.

Dan Brown. Pelajari karangan-karangannya. Dari Angels and Demons sampai Origin. Pelajari bagaimana Paman Brown menguraikan detail bermain konflik dalam simbol-simbol.

Ketiga. Meet the author.

Mau jadi penulis harus ketemu penulis. Biar kita ketularan ilmunya. Belajar langsung dari sang mastah.

Ikutan seminar-seminar atau komunitas-komunitas literasi.

"Penyuka sandal jepit saja ada komunitasnya masakan menulis yang notabene memiliki kegiatan positif nggak ada." Itu yang dikatakan seorang pemateri di acara LPM Saint UTM setahun lalu.

Berkumpul dengan atmosfer alias lingkungan yang mendukung. Gabung di pecinta sastra macam Forum Lingkar Pena (FLP), atau di komunitas serupa.

FYI, FLP sudah tersebar di 34 wilayah Indonesia dan 4 cabang di luar negeri. Coba cek FLP Cabang di daerah terdekatmu. Yuk!

Karena berteman dengan penjual minyak wangi kita akan ketularangan wangi. Begitupula temenan sama penulis, biar kita ikutan pinter nulis.


THOUSAND WORDS

"Orang modern menulis seribu kata perhari," pesan Bang Tere di hadapan para santriwati yang memenuli Gedung Serba Guna TMaI.


Konsisten setiap hari.


Biar kelihatan kita ada usaha buat jadi penulis. Rajin latihan. Menurut para pakar setidaknya kita menghabiskan dua jam perhari agar mahir.

Aku biasanya set alarm. Nulis bentar deh satu jam saja. Tapi biasanya suka kebablasan. Saking keasyikan nulis. Itu trik sebenarnya kalau lagi males :D

Soalnya teko sudah penuh. Ide-ide di kepala berdesakan. Caper. Minta perhatian agar direalisasikan.

Cuma kadang yang susah mulainya ><


Action!
Start now!


Percaya deh kalau sudah dimulai jadinya rasanya gampaaaang banget. Nanti kelar satu tulisan akan mengharu biru, "Alhamdulillah nggak terasa sudah duaribu kata." Aku pernah. Haru sekali T.T


Infiruu khifaafaaw wa tsiqaalan..


Segeralah berangkat dalam keadaan ringan maupun berat hati. Dibisikin sama Allah dala surat cinta-Nya. Tertanda di At Taubah ayat 41.

Asababun Nuzulnya menerangkan untuk berangkat ke medan perang. Perang Tabuk tepatnya. Baik dalam kuat maupun lemah. Kaya atau miskin. Muda ataupun tua.

Menulis juga berperang lho. Berperang melawan pemikiran dan idealisme yang mencurigakan sekali.

"Kalimat pertama adalah yang paling mudah," terus kata Bang Tere berhentilah bertanya saya harus menulis apa. Menulislah apa yang merisaukanmu. Tulislah biar dunia tahu apa yang kamu pikirkan.

Segeralah mulai. Mau lagi rajin atau sedang malas. Mulailah menulis. Perbanyak latihan.

"Kebiasaan menyelesaikan akan membuat menulis lebih gampang lagi."


AUTHOR'S STICKY NOTES

Pertama. Perbanyak motivasi
Penting dicatat nih pesan Bang Tere.Bunda Asma Nadia bilangnya, "Find the reason why!"

Temukan alasan menulis. Mengapa kita harus menulis?

Sama halnya juga ketika kita malas bangun sholat Shubuh atau Tahajjud. Kenapa harus Qiyamul Lail? Kenapa kudu bangun malam-malam? Kan dingin..

Find the reason!

Mengapa menulis?

Karena inilah cara menebar kebaikan. Dakwah tak hanya ceramah. Bisa juga lewat tulisan. Kita menyebutnya dakwah bil qalam.

Because writing is healing. Menulis adalah salah satu terapi bagi jiwa. Tanya deh Bunda Sinta Yudisia, seorang psikolog yang juga ketua FLP periode kemarin.

Kedua. Topik bisa apa aja.

Bingung mau nulis apa? Tulis saja apa yang berkelindan di kepalamu. Listrik naik. Cabe mahal. Rupiah nggak stabil.

Mengkritik pemerintah juga bisa. Seperti yang Tere Liye katakan di sini.

Apa saja hatta, daun yang gugur ditiup sepoinya angin. Jadilah ia Daun yang Gugur Tak Pernah Membenci Angin.

Ketiga. Sertakan niat yang ikhlas.

Ini asal muasalnya. Remember why you start. Apa motivasimu saat menulis. Apapun itu usahakan niat yang ikhlas turut disertakan. Agar Allah beri pahala yang berlipat.

Tapi bukan semata-mata untuk kaya.

"Kalau hanya ingin kaya tidak akan ke mana-mana." Masih dengan logat uniknya Tere Liye melontarkan kalimatnya di hadapan peserta.

Kalau memang akhirnya iya. Semoga itu bonus dari Allah untuk kita.

Tere Liye Menulis.

RESEARCH

Sst, Tere Liye membocorkan rahasinya, "Riset itu mencari sebanyak-banyaknya inspirasi."

Bisa didapatkan dengan:


Banyak baca buku.

Di situlah ilmu bisa kita dapatkan. Tanpa perlu berlelah-lelah. Mudah. Lagipula baca buku itu keren. Antimainstream.

Against orang-orang bilang 'semuanya bisa digugling.' -.- Ah nggak juga. Ada hal-hal keren yang nggak kamu temukan di internet. Banyak.

Baca buku itu menyejukkan pandangan. Terbebas dari sinar ultra yang kita dapat dari screen hape atau komputer.

Baca buku sambil minum teh melati. Slurp.


Yes, tea time!


Biar makin konsisten boleh tuh ikutan Reading Challenge-nya FLP JATIM. Biar bacanya makin semangat. Kelasnha ada empat stages. Kelas R minimal baca 5 halaman perhari. Kelas MR, HR hingga SR yang wajib baca 55 halaman dalam sehari.

Ikutan ODOJ juga mantaapp, galz.


Karena buku adalah sumber ilmu.


Banyak baca, banyak tahu.
Banyak baca, banyak ilmu.

Halan-halan.

Inspirasi bisa didapatkan dari mana saja asal kita semangat nyarinya. Salah satunya dengan halan-halan.

Melakukan perjalananan. Melepas penat. Mencari ide baru. Biar fresh.

The above statements clarified that nggak ada tuh nggak mood karena kehilangan inspirasi. Lha inspirasi saja belum dicari kok dibilang hilang -.-

"Buku yang baik akan menerangi separuh dunia." Gitu aja dulu. Latihan-latihan! That's the fundamental.

***

Sebuah perumpaan dikisahkan Tere Liye dalam pemaparannya. Tentang Burung, Kura-kura dan Kelapa.

Setahun berlalu. Mereka berpisah.

Burung terbang tinggi mengelilingi dunia. Bertemu sebangsa unggas lainnya dan menjejaki tempat-tempat istemewa.

Kura-kura menyelami lautan. Berjumpa banyak ikan-ikan. Mengetahui berbagai daratan indah dan menyejukkan pandangan.

Sedangkan Kelapa, apa yang dilakukannya di atas pohon sana?

"Menulis itu ibarat menjatuhkan pohon kelapa dan direngkuh ombak."

Dengan itu ia bisa ke mana saja. Melanglang buana. Menjemput hikmah di setiap tempatnya.

Minggu, 12 November 2017

Tere Liye Hadirkan Jokowi dan Sri Mulyani di Al Amien Prenduan

Tidak perlu mendatangi istana negara atau gedung keuangan negara untuk bertemu Pak Jokowi dan Ibu Sri Mulyani. Dua orang nomor satu di Indonesia tersebut malah dapat dengan mudah datang ke rumah-rumah penduduk. Di Al-Amien Prenduan, Sumenep Madura novelis kondang, Tere Liye memberi triknya.

"Jika kalian jeli, Pak Jokowi dan Ibu Sri Mudah dapat kalian temukan di dalam novelku." Di gedung serba guna TMaI (Tarbiyatul Mu'allimien al Islamiyah) putri Tere Liye santai membocorkan rahasianya.

Tere Liye
Seperti pajak penulis yang masih hangat menjadi perbincangan di kalangan kuli tinta. Tere Liye mengaku malas berdebat dengan mereka. Apalagi menghadapi komentar tak berdasar bin nyinyir di dunia maya. Penulis best seller ini lebih memilih melawan mereka dengan karya.

Dalam Eliana misalnya. Salah satu novel serial anak-anak Mamak ini memperlihatkan sebuah fakta. Kenyataan yang difiksikan tentunya, tentang orang-orang kota yang datang melibas hutan dan mengeruk habis pasir sungai. Ia mengkritik asap Sumatera dan menghadapi orang-orang kota yang memasuki desa dengan paparan kritisnya dalam novel.

"Bacalah novel Negeri Para Bedebah, kalian akan menemukan Pak Presiden dan menteri keuangan," katanya menjawab sebuah pertanyaan peserta.

GESERNA yang dipenuhi ratusan peserta seminar inspiratif pun mengangguk-angguk.  Para peserta  duduk di barisan berdasarkan asalnya. Dari berbagai lembaga dalam naungan Al-Amien; MTA, TMaI, IDIA misalnya atau dari luar pondok. Terlihat wajah-wajah mereka sedang mencoba untuk memahami dan sibuk berkutat menulis catatan. Terlebih, bagi seluruh santri Al-Amien membawa buku ke mana-mana adalah kewajiban. Sanksi siap menanti jika berani melanggar. Maka tangan-tangan terampil menulis ilmu baru yang ditemui mereka di sana.

Kebanyakan diskusi di dalam gedung terlontar seputar kepenulisan. Meski begitu pertanyaan mereka tetap beragam.

Siapa penulis favorit Bang Tere? "Dee Lestari, Asma Nadia, J.K Rowling dan masih banyak lagi. Apa tips menulis yang baik? Tidak ada. Tulis saja." Ringkas dan sederhana jawaban Tere Liye.

Tidak ada. Begitu juga jawaban mamak Tere Liye saat ditanya bagaimana cara memasak selezat beliau. Karena novelis tersebut tak menemukan yang serupa di kota-kota manapun. Padahal enaknya minta ampun.

Peserta yang ingin bertanya dipersilahkan berbaris mengantre di depan mikrofon yang telah disediakan panitia. Antrian juga tertib karena panitia membagi tempat duduk berdasarkan nomor daftar dan darimana mereka berasal. Pemberian doorprize dilakukan panitia dengan adil.

Tidak hanya santri PP. Al-Amien Prenduan yang datang menghadiri seminar bertajuk "Aku Mengenal Tuhan karena Menulis," mahasiswa dan peserta dari luar pondok pun dibolehkan ikut serta. Namun terbatas kuota dan hanya untuk kaum wanita. Bahkan beberapa santri putri sempat kecewa karena tidak bisa mengikuti acara karena kehabisan kuota. Terlebih acara seminar bertepatan dengan hari Jumat (6/10). Hari libur pondok.

"Iya, Mbak. Kuota untuk Tahfidz hanya 100 orang," ucap santriwati MTA (Ma'had Tahfidz Al-Quran) kelas VII SMP.
Antrean yang mengular
Ada kejadian unik saat acara berlangsung. Tere Liye ikut mengacung ketika panitia menanyakan nama asli sang novelis dan arti dari nama penanya. Namun tetap saja panitia memilih seorang peserta yang siap membocorkan dua rahasia tersebut.

"Nama asli Bang Tere Liye, Darwis dan Tere Liye artinya 'untukmu," jawab seorang peserta mantap.

Untuk-Mu. Menulis untuk Tuhan. Untuk memperlihatkan kepedulian. Begitu kira-kira menurut Tere Liye hakikatnya menulis. Bahkan Tere Liye berharap dari pondok pesantren Al-Amien lahir penulis cerdas nan kritis.

Di akhir acara peserta dipersilahkan berbaris rapi dan maju satu-persatu ke panggung. Untuk mendapatkan tandatangan spesial sang penulis.

"Bersabarlah menghadapi Burlian dan jadilah berani seperti Eliana," pesannya sebelum membubuhi tanda tangan di novelku.

Eliana dan Kekuatan Orang Kota

Eliana dan Kekuatan Orang Kota
Petualangan si Anak Sulung
Tere Liye menghadirkan petualangan sesungguhnya dalam Eliana. Bukan fiksi fantasi semacam Geng Raib, Ali dan Seli.

Dialah Eliana sang tokoh utama. Anak sulung Mamak.

Eli, anak SD kelas lima bersama teman-temannya yang dinamai geng Empat Buntal. Empat Buntal yang beraksi dengan cerdas. Menerobos hutan, melompat di dalamnya sungai berpenghuni buaya. Anak-anak desa dari pedalaman Sumatera melawan orang kota.

Ya! Petualangan Eliana, adalah tentang keheroikan anak-anak yang ingin menjaga alam dari keserakahan orang kota.

Orang kota datang mengeruk pasir di sungai. Membuat bising desa. Membuat ikan-ikan pergi.

Komentarku
Huuu, aku berseru kegirangan. Marhotap datang! Aku tahu dia sang penyelamatnya. Mungkin kisahnya akan mirip dengan Mamak dan Bapak waktu muda. Kukira awalnya begitu.


Ssstt, dalam kisah ini diceritakan asal muasal kisah mereka. Mula saat Bapak bertemu Mamak pada sebuah kejadian di kereta. Kalau nak tahu, bacalah.

Seru dan tentu saja mengharu biru khas Tere Liye.

Aku suka penokohan Eliana. Dia berani sekali melawan orang kota. Tak peduli itu bupati, konglomerat kaya raya, maka kebenaran tetap harus ditegakkan. Dan itu cita-cita Eli. Menjadi pembela kebenaran.

Pekerjaan apakah itu? Di bab-bab terakhir Eliana menemukan keinginan masa depannya.

The Connecting Dots
Tentu saja Eliana juga dimeriahkan oleh adik-adiknya. Cerita tak hanya bekerja seorangan. Sepi dong jadinya. Pukat, Burlian dan Amelia hadir melengkapi cerita.


Ada Pak Bin, Nek Kiba dan yang lain juga lho. Karena manusia makhluk sosial ^^

Tingkah laku anak-anak Mamak tersebut mengingatkanku pada Faza, sepupuku yang umurnya sekitar 9 tahun. Berani mengendarai motor naik turun bukit berbatu. Naik-naik pohon, mobil..

Faza sangat antusias dan berbinar kesenengan melewati jembatan Suramadu untuk pertama kalinya. Sama dengan salah satu adegan, ketika teman Eli naik kereta.

Kalung istimewa Marhotap juga membuatku serasa dejavu. Dengan kalung Delisa. Adegan yang sama-sama ditampilkan di akhir cerita.

The Minus
Kekurangannya apa yaa. Aku hanya menemukan satu typo. Coba cek di halaman 372.


Lainnya, hmmm..

Karena aku sudah membaca Amelia, Burlian dan Pukat, jadi aku bisa menebak-nebak. Haru yang kurasakan tak terlalu haru seperti dalam novel Burlian. Serial anak-anak Mamak yang kubaca pertama kali.

Tapi tetep aja sih, ada adegan yang mewek.

Konflik Terselubung
Konflik di Eliana banyak. Banyak. Namanya juga novel. Kalau satu, nanti jadinya cerpen.


Kasus bando istimewa pemberian Wak Yati. Perahu otok-otok Burlian dan Pukat. Tapi detail-sangatnya ada di serial Pukat. Tinta pena Burlian yang cepat habis. Selain melawan orang kota itu sebagian konfliknya.

Konflik terselubung di sini maksudku ada karya yang mengkritisi keadaan sekitar.

Lawan dengan karya. Berhenti nyinyir dan debat di Fesbuk. Gitu kata Bang Tere pas seminar kemarin. Menghadirkan opini dalam bentuk karya sastra adalah something impressive.

Eliana, menampilkan kasus terselebung terjadi di Indonesia. Kasus nenek pencuri kayu bakar, bisnis properti yang suka mengeruk pasir di sungai, perusahaan kelapa sawit yang menebang hutan sembarangan.

Segenggam Berlian
Dari Eliana aku belajar tentang detail. Seorang bapak yang asyik membaca koran di beranda mugkin hanya selingan belaka. Tapi hobi bapak Amelia berpengaruh besar pada cita Eliana di masa depan.


Eits, ternyata aku salah menyebut nama. Maksudku Eliana, bukan Amelia. Itulah mengapa dulu tahun lalu aku salah mengambil buku. Maunya beli cerita si sulung, eh malah si bungsu.

Hikmah lainnya kutulis di quotes ^^