Sabtu, 07 Maret 2015

Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah

A novel by Tere Liye

Apa yang Pak Tua katakan kemarin, belajarlah membolak-balik hati.

Kau tahu, orang yang paling bersyukur di dunia ini adalah orang yang selalu makan dengan tamunya. Sebaliknya, orang yang paling tidaktahu untung adalah yang selalu saja mengeluhkan makanan di hadapannya.

Disebut apakah perasaan ini? Kenapa hatiku macam sayuran lupa dikasi garam, hambar, tidak enak, tidak nyaman? Atau seperti ada tumpukan batu besar di dalamnya, bertumpuk-tumpukmembuat sempit. Atau seperti ikan diambil tulangnya, kehilangan semangat.

Urusan mana yang lebih penting dibanding nyawa, hah?

Perasaan adalah perasaan meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh menjadi sakit, kehilangan selera makanan, kehilangan semangat. Hebat sekali benda bernama perasaan itu. Dia bisa membuat harimu berubah cerah dalam sekejap padahal dunia sedang mendung, dan di kejap berikutnya mengubah harimu jadi buram padahal dunia sedang terang benderang.

Dalam urusan ini,sembilan dari sepuluh  kecemasan muasalnya hanyalah imajinasi kita. Dibuat-buat sendiri, dibesar-besarkan sendiri. nyatanya seperti itu? Boleh jadi tidak. 

Untuk Abang borno yang baik; meski baik tapi kadang suka sok lucu, sok kenal, sok dekat :p

Ya, cinta bagai musik yang indah. Bedanya, cinta sejati akan membuatmu tetap menari meskipun musiknya telah lama berhenti.

Cinta sejati adalah perjalanan. Cinta sejati tidak pernah memiliki ujung, tujuan, apalagi hanya sekedar muara.
Cinta sejati selalu menemukan jalannya. Ada saja kebetulan, nasib, takdir atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya orang-orang yang mengaku dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita.

Terkadang dalam banyak keterbatasan, kita harus bersabar menunggu rencana terbaik datang, sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan.

Cinta bukan kalimat gombal. Cinta adalah komitmen tidak terbatas, untuk saling mendukung, untuk selalu ada, baik senang maupun duka.

Jangan pernah menilai sesuatu sebeleum kau  selesai dengannya, mengenal dengan baik.

Banyak orang yang kadang lupa bertanya muasal uang kalau dia terlanjur menikmatinya. Anak lupa bertanya pada bapak. Istri lupa bertanya pada suami.

Bersabarlah, semoga Tuhan membalas dengan kabar hebat. Pak Tua selalu benar. Kalaupun dia salah, biasanya karena kebenaran itu datang terlambat.

Jangan sekali-kali kaubiarkan prasangka jelek, negatif, buruk, apalah namanya itu muncul di hati kau. Dalam urusan ini, selalulah berpikir positif. Selalulah berharap yang terbaik. Karena dengan berprasangka baik saja hati kau masih sering ketar-ketir memendam duga, menususn harap, apalagi dengan berpikir negatif, tambah kusut masai perasaan kau.

Seseorang yang sungguh, meski aku sebal, sedih, marah, tapi dalam ruangan hati kecil di hati harus kuakui membuat rindu.

Perasaan itu tidak sesederhana satu tambah satu sama dengan dua. Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintang di langit, gemerlap indah tak terkora, tetap saja dia bukan rumus matematika. Perasaan adalah perasaan.

Ternyata ‘kalimat maaf,’ ‘kalimat penjelasan’ bisa digantikan oleh kebersamaan setengah jam tanpa sama sekali perlu berkalimat-kalimat biacara.

Cinta hanyalah gumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan segumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gulai kepala ikan, suka mesin. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal persaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita besarkan, terus menggumpal membesar. Coba saja kaucueki, kaulupakan, maka gumpal cinta itu juga cepat layu seperti kau bosan makan gulai kepala ikan.

Jangan kau tanya apakah aku rindu pada kau. Itu tidak bisa kujawab dengan kata-kata. Itu hanya bisa kujwaba dengan lukisan atau lagu; meski aku tidakbisa melukis apalagi bernyanyi.

Seorang pekerja yang baik adalah ketika dia memberikan yang terbaik. Sukses akan datang dengan sendirinya.

Ah, Cinta selalu saja misterius. Jangan diburu-buru, atau kau akan merusak jalan ceritanya.

2 komentar:

  1. Wiuhhh.. Perasaan ya.. Memang suatu yang misterius binggoo..hehe
    Seperti perasaanku yang tak menentu. Tapi dalam hal menulis.
    Kalau baca tulisan orang tu suka banget. Kelihatan dewasanya dan kelihatan ndak membosankan. Tapiii.. Gaya tulisanku sendiri begitu awuran dan ngerasa banget seperti belum dewasa.hehe
    Eh.. Novel ini pula yang membuatku memendam perasaan yang besar. Penasaran dan ingin sekali datang ke pontianak. Bertemu etnis China, melayu dan dayak . membelah sungai kapuas dengan sepitnya Abang Barno.hehe
    Dan.. Alhamdulillah terwujud di February 2015. Bagiku itu luar biasa sekali. Serasa menyusuri dunia hanya dengan membaca buku.
    Aku masih penasaran dengan novel Rindu, dan Hujan, walaupun Pulang telah kubaca hingga tuntas.
    Masih terus berimajinasi tentang dunia bawah atau yang disebut dalam novel dengan kata "Shadow Economy",keren..
    Yaa.. Aku selalu penasaran bagaimana Bang Tere bisa melukiskan setiap peristiwa disemua novelnya. Menjelaskan dengan detail setiap hal serasa penulis sendiri itu terlibat didalamnya.
    Itulah hebatnya penulis. Pokoknya suka banget dengan semua karya beliau.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ecie yang udah ke Pontianak. Mau juga dong ke sana. Semoga ya suatu hari nanti :D


      Katanya tabrak semua aturan. Nulis aja terus. Nanti akan kau temukan gayamu sendiri ;)
      Semangat!

      Atau mungkin bisa coba Free Writing ala Pak Hernowo. Tulis semua apa yang ada di kepala. Tuangkan selama sepuluh menit pakai timer. Lakukan terus berulang hari. Bisa!

      Hapus