Tampilkan postingan dengan label Dan Brown. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dan Brown. Tampilkan semua postingan

Jumat, 30 November 2018

Inferno: An Escaping from Florence

Robert Langdon terbangun di Florence dalam keadaan ammesia. Tapi ia ingat siapa dirinya. Namun tentang dua hari sebelumnya, sama sekali ia lupa. Belum ingat apa yang terjadi, seseorang berpakaian hitam memaksa masuk ke dalam ruangannya dengan membombardir senjata dan mengenai salah seorang dokter. Dr. Marconi langsung wafat di tempat.

Bersama Sienna Brooks, dokter yang berasal dari Inggris ia melarikan diri.

Inferno, novel bikinan Dan Brown, seri Robert Langdon yang ketiga setelah Angels and Demons, The Davinci Code dan The Lost Symbol, tampil membawa isu overpopulasi; jumlah manusia yang kian hari meningkat dan membuat bumi sesak.

Dan inilah yang disebut krisis moral oleh Bertrand Zobrist, milyader dermawan pencinta berat Dante Alghieri. Penyair yang meramaikan novel ini dengan teka-teki puisinya.

The are places in hell are reserved for those who maintain their neutrality in times of moral crisis.

24 Jam yang Seru
Apa yang terjadi dalam 24 jam? Bangun pagi lalu tidur lagi di malam hari? Tidak dengan Inferno. Dan Brown mengisahkan petualangan Robert Langdon dalam waktu singkat; sehari-semalam.

Dini hari ia terbangun di Florence untuk kemudian kabur dari kejaran WHO bersama Sienna Brooks. Ditemani halusinasi-halusinasi yang mendekam berat di kepala Langdon. Berbagai teka-teki yang harus ia pecahkan.

Travelling ala Inferno
Kalau di Indonesia kita punya Kang Abik. Novelis sangat detail betul akan setting tempat. Saat membaca novel beliau serasa kita sedang menjelajahi lokasi cerita tersebut.

Nah, Brown juga begitu. Jalan-jalannya pakai konflik lagi. Sedang meneleti di museum tiba-tiba dikejar polisi. Melewati taman yang terkenal itu lalu sampai Turki juga!

Iya, di Inferno kita akan bertemu Haghia Sophia dan destinasi wisata lainnya.

Belajar Diksi

The shadow began speaking now, its words muffled, whispering across the water withan eerily poetic rhythm.

Membaca dalam versi Inggrisnya membuat kita tahu bagaimana logat Brown sebenarnya. Rasanya beda karena kita langsung berhadapan dengan diksi yang dipilih pengarangnya. Real.

Bertemu Allah

Di Chapter 84 kita akan dibuat tertegun. Kita akan bertemu dengan kalimat yang bisa membuat kita masuk surga. Kalimat yang jika ditimbang bisa memberatkan. Penuh amal kita dengan kebaikan.

Aku jadi berpikir mungkin Brown muallaf? Hihi, kita doakan saja.

Novel-novel Brown kan biasanya mengangkat tentang banyak agama Seperti di Inforno ini kita akan ketemu orang-orang bercadar, masjid dan tentu saja orang Islam.

Selasa, 14 November 2017

My Finding in Dan Brown's Inferno [Quotes]

Dan Brown's Inferno [The Quotes]

The darkest places in hell are reserved for those who maintain their neutrality in times of moral crisis.

Seek and ye shall find.

The decisions of our past are the architects of our present.

One great work of art inspired by another.

This changes everything.

Know only your mission. Share nothing.
Sweetheart, never forget you're a miracle.

There is seacond option, now. Complete your mission!

This is the future I would be giving my child?

The truth can glimpsed only through the eyes of death.

My career is all I have!

Compassion is a universal languange.

Provide the service. Trust the client. Ask no question.

Free divers swimming deep into a tunnel, far past thr point of no return, and then colliding with a stony dead end.

I'm a fan of the truth even if it's painfully hard to accept.

If you know where to look, Florence is heaven.

Avarice wan an international sin.

I'm not following.

The Lord works in mysterious ways.

"Robert, I thought you were a studenf of world history."

"Yes, but the world is large and history is long.."


It is physically imposibble for the human mind to think of nothing.

You CAN save the world. If not you, then who? If not now, then when?

While Christian tradition favored literal images of its god and saint, Islam focused on calligraphy and geometric patterns to represent the beauty of God's universe. Islamic tradition held that only God could create the life, and therefore man has no place creating images of life; not gods, not people, not even animals.

Depicting God's face would be considered blasphemy.

Safrice the few to save the many.

He was a scientist, a results-oriented person.

If everything you're saying is true, then you have my word.

***

Those are the quotes I could share with you. Honestly I took many quotes but they acted as research quotation through the conflict. Then, if I writes all here, I will be a spoiler of the story. So it will be nice if you read the novel by yourself. Happy reading!


Jumat, 06 November 2015

Lelaki di balik Novel The Davinci Code


Buku ini langsung kulahap ketika melihat terbitan buku sebelah yang lebih mahal. Memang seharusnya aku bersyukur bukan? Aku mendapatkannya dengan 20 rebu saja. Sedangkan teman-teman dengan rogohan 60 rebu. Hoo!


Pantas saja sih karena kavernya lebih menarik dan di Indonesia namanya sedang melejit.

Jadi isinya tentang apa?

Biografinya Dan Brown.

Kisah bermula saat Brown tinggal di Exeter bersama keluarganya. Ayahnya salah seorang pendidik di sana. Tentu saja Brown murid di sana.

Selepas dari Exeter, cita-cita Brown sebagai pemusik mulai ditekuninya. Ia memulai dengan belajar menguasai alat musik bernama Synthezer. Lalu album pertamanya adalah SynthAnimal yang berisi berbagai lagu tentang suara binatang.

Dunia musik mungkin sedikit membuatnya terkenal, tapi ia tidak yakin dengan itu. Apalagi kepergiannya ke Seville dalam rangka student exchange mendatangkan sebuah ide bagi Brown. Kalimat seorang dosen yang membuat otak berpikir ulang.

Beberapa album yang sudah dibuatnya itu kemudian ditinggalkannya. Ia memilih menjadi staff pengajar di Exeter. Tempat ia menimba ilmu dulu.

Seorang rekan yang banyak membantu Brown akhirnya menjadi pendamping hidupnya. Blythe.

Di sela-sela mengajar ia menulis buku-buku. Terkadang nama sang istri yang tercantum. Namun kemudian kegiatan mengajar ditinggalkannya. Dan Brown menjadi penulis seutuhnya.

Ia selalu bangun jam empat pagi untuk menulis. Dalam menulis, ia selalu ditemani Blythe melakukan riset demi riset.

The Davinci Code tak mulus begitu saja. Ada banyak kritikus yang mencercanya. Terutama pemuka agama. Bahkan seorang penulis terkenal menjudge novel itu sebuah jiplakan. Oh..

The Davinci Code adalah novel keempat Brown. Novel yang mennguncang dunia dengan mempertaruhkan keimanan. Hal tersebut yang membuat Lisa Rogak menulis kehidupan Brown dalam buku "The Man behind the Davinci Code