Rabu, 06 Januari 2016

Menjelajah Nusantara

Ditulis oleh perempuan lulusan PTN Bandung buku ini kaya akan informasi. Seorang ekolog *cmiiw yang peduli akan sekitar.

Ini buku pertamanya. Novel dengan judul De Journal yang banyak diinspirasi dari kisah nyata. Aku sendiri lebih menikmatinya sebagai nonfiksi. Banyak footnote yang menghiasi halamannya. Bahkan catatan kakinya ada yang mencapai setengah halaman. Mungkin karena beliau calon magister kali ya. Menurutku seperti dosen gaul sedang bercerita. Banyak ilmu pengetahuannya.

Jadi Tya, si tokoh utama diceritakan travelling di tahun kedua kuliahnya. Mojang Bandung yang kemudian memutuskan untuk memulai perjalanan dari daerah timur Indonesia. Setelah ia mengakhiri hubungan dengan Bayu. Lelaki Jawa yang menurut adatnya menginginkan pedampingnya sebagai orang rumahan. Sedangkan Tya tidak seperti itu.

Dari dulu Tya adalah anggota Pecinta Alam, jadi wajar dese (kata yang sering dipakai penulis) suka eksplore. Bahkan dulu jadian sama Bayu di Bukit Tinggi. Namun lima tahun pacaran akhirnya pupus juga. Tya tak sesuai kriteria sebagai istri orang Jawa.

Kemudian mulailah ia menjelajah nusantara. Membulatkan tekad menjadi solo backpacker dengan motornya. Dari daerah Lombok, Komodo dan seterusnya.

Di tahun 1999 waktu itu. Banyak yang menyangka dese perempuan gampangan. Pasalnya tak banyak kaum hawa yang bepergian sendirian ke berbagai daerah pula. Tya sih memang biasa bergaul dengan laki-laki. Kalau ada yang macem-macem tinggal tonjok aje. Dese kan pernah menjuarai pencak silat tingkat nasional. Uda ada yang kena. Hati-hati aja sama ini cewek. Haha.

Buku pertama tentang jalan-jalan yang baru aku baca. Keseringan sih yang sudah-sudah ceritanya keliling Eropa, Amerika atau kalau Asia palingan Jepang. Membaca buku ini aku sambil ngebayangin daerah yang sering tampil di My Trip My Adventure. Lumayanlah ada bayangan. Seperti waktu diving  nonton samanta atau di Pulau Komodo itu.

Pertengahan cerita Tya sering ketemu bule. Dimulai waktu ia main d Bali. Lanjut ke arah Sumatera apalagi. Banyak bule yang ngunjungin Pulau Samosir. Kalau ketemu bule sering ada adegan dewasanya. Ini nih salah satu yang bikin aku nggak suka. Hmm, nambah image perempuan gampangan.

Afterall, bikin aku lebih suka novel tavelling ala Asma Nadia atau Hanum.  Dari satu sampai lima, aku kasih novel ini angka dua ^^V Menurutku setiap orang punya pilihan masing-masing. Hihi.

Oia, di akhir bukunya sang penulis juga memberikan wejangan terkait travelling. Seperti tips-tips bagi seorang backpacker sampai urusan apa yang harus dibawa.

PS: Nggak ada foto cover soalnya keburu disampul pake kertas kado sama yang baca duluan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar