Kutulis kekata berharga, quote istimewa yang kudapat dari novel Eliana. Si sulung dari tiga anak lainnya dalam Pukat, Burlian dan Amelia. Tokoh rekaan dalam Serial Anak-anak Mamak karangan Tere Liye.
Karena sayang rasanya jika hikmah yang bak mutiara itu, kunikmati sendiri. Jadi menuliskannya di sini, adalah caraku berbagi; kebun kekata yang berisi cantiknya diksi, kejadian menarik atau petikan pelajaran yang dapat kita ambilrenungi.
Dari Eliana, Nek Kiba, Marhotap dan tokoh-tokoh lainnya dikisahkan untuk melengkapi cerita.
Karena mutiara hikmah adalah bebungaan dalam kebun kekataku.
***
Aku tertawa melihat Burlian dan Pukat terbirit-birit ke dapur. Membuat berguguran rasa sebalku gara-gara kejadian di kota tadi.
Selebaran tidak membuatnya celaka. Ketakutanlah yang membuatnya terjatuh.
Nah, Burlian, Pukat, Amel bukankah Bapak pernah berkali-kali bilang, jangan pernah takut pada sesuatu yang tidak sejati. Kalian keliru jika takut pada hal-hal remeh seperti itu. Melainkan takutlah berbuat jahat, mengambil hak orang lain. Takutlah menganiaya, berbohong, mencuri dan merendahkan harga diri. Takutlah atas hal-hal yang seperti itu, sesuatu yang lebih sejati. Maka kalian tidak akan pernah takut dengan apapun lagi.
Nasib buruk, nasib baik, mati, kecelakaan, hadiah, rezeki, hanya Allah yang mengatur. Tidak ada satupun makhluk yang berhak ikut campur. Buka presiden, bukan orang tua, bukan atasan, bukan tetangga, bukan teman, dan jelas bukan karena selembar kertas.
Dalam kehidulan kita selalu ada momen, kejadian, atau peristiwa hebat yang bisa menjadikan dua orang musuh menjadi sahabat baik.
Kalau begitu, bantuan dari luar tidak bisa diharapkan lagi. Ini masalah kita, maka kitalah yang akan menolongnya sendiri.
Jika kalian tidak bisa ikut golongan yang memperbaiki, maka setidaknya, janganlah ikut golongan yang merusak. Jika kalian tidak bisa berdiri di depan menyerukan kebaikan, maka berdirilah di belakang. Dukung orang-orang yang mengajak pada kebaikan dengan segala keterbatasan. Itu lebih baik.
Barang hilang, sungguh aneh perilakunya. Semakin dicari semakin tidak ketemu. Saat dilupakan, diikhlaskan, malah muncul sendiri di depan mata.
Tim murid laki-laki memang lebih bertenaga, lebih cepat dan lebih kuat. Kami memang kalah cepat, kalah kuat. Tapi kami lebih gesit, lebih lincah, berusaha melewati garis pertahanan mereka saat penjaganya lengah atau terprovokasi seru-seruan.
Oi, itulah hakikat sejatinya adzan, membuat terhenti seluruh kegiatan. Yang sedang masak, berhenti menggoreng. Yang sedang bekerja membangun rumah, berhenti memasang batu bata. Yang sedang mencangkul kopi, berhenti mencangkul.
Bahkan adzan ini memancing kita semua datang ke masjid kampung. Ada yang memang hendak sholat maghrib. Ada yang ingin tahu. Ada yang sekadar menonton. Terserah apa niatannya, tapi adzan ini lebih kencang dari siapapum selama puluhan tahun aku tinggal di kampung.
Orang kota bilang hanya mengambil hutan yang terlantar, padang rumput gersang, lahan-lahan kritis. Itu dusta, alat-alat berat justru dikirimkan ke hutan-hutan terbaik. Penduduk mati-matian menolak. Percuma, kekuatan orang kota jauh lebih besar dibanding yang mereka bisa bayangkan.
Herbarium adalah bagian tanaman yang diawetkan. Seperti daun yang dikeringkan, menyisakan kelopak, benang sari dan mahkota kering. Atau batang, buah, akar, apa saja dari bagian tanaman yang bisa diawetkan.
Aku tidak tahu di mana Marhotap sekarang. Tetapi setidaknya aku tahu, kita pernah bersama-sama dalam satu pemahaman. Sama-sama membenci tambang pasir itu.
Ada suatu masa di antara masa-masa. Ada suatu musim di antara musim-musim. Saat ketika alam memberikan perlawanannya sendiri. Saat ketika hutan, sungai, lembah, membalas sendiri para perusaknya.
Kami tidak banyak bicara melintasi jalan setapak padang rumput. Deru napas kami yang bicara.
Bumi kita hanya satu. Milik kita bersama, yang kita pinjam dari anak-cucu kita.
Urusan ini bukan sekadar bilang 'tidak', Eli. Kita harus pintar, tahan banting dan punya daya tahan menghadapi mereka. Hanya dengan itu kita bisa memastikan seluruh warisan hutan dan kebijakan leluhur kampung bertahan ratusan tahun.
***
That's all the quotes from Eliana I can give to you. Hopefully it inspires you in all of things. Review bukunya, Insya Allah besok. See ya!
belum baca ceriat dari eliana ini, aku termasuk yg suka dengannya
BalasHapus