Tampilkan postingan dengan label Tere Liye. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tere Liye. Tampilkan semua postingan

Selasa, 05 Desember 2017

Burlian si Anak Spesial

Burlian si Anak Spesial
Burlian si anak spesial, begitu Mamak, Bapak, Wak Yati, Bakwo Dar dan lingkungan memanggilnya. Bukan dengan sebutan ia si anak nakal atau pembangkang.

Anak-anak Mamak tumbuh dengan lingkungan positif. Julukan positif meskipun kadang harus diteriaki beberapa kali oleh Mamak baru mau menurut.

Amelia, si bungsu, si kuat. Burlian si anak spesial yang suka berpetualang. Pukat si anak pintar, pandai dan selalu bisa menjawab segala pertanyaan. Eliana si sulung yang pemberani, melindungi harta berharga kampung dari jarahan orang kota.

Setiap anak memiliki karakternya sendiri. Dalam Burlian, Tere Liye menegaskan bahwa ia adalah anak Mamak yang spesial. Walaupun 'bandel'nya luar biasa juga.

***

Mainan ala Anak-anak
Tak ada gawai, tentu saja. Mainan Burlian adalah otok-otok yang dibuat Pukat. Bisa saja mereka membelinya di pasar kecamatan, tapi apalah daya dompet yang tak beruang. Lagipula Pukat si pintar bisa membuatkannya dengan otak cemerlang.


Jika dalam Eliana, partner-nya melawan orang kota adalah Marhotap, Burlian memiliki karib yang bernama Ahmad. Teman yang sangat mahir bermain bola. Di lapangan bekas pabrik karet mereka bertanding di sana. Sangat seru. Orang sekampung menonton dan mengelu-elukan keduanya hingga peristiwa naas itu terjadi.

SDSB! Mainan yang dicoba Burlian ini membuat Mamak geram. Bahkan Nek Kiba di surau juga ikut turun tangan. Soalnya pemuda-pemuda kampung juga main. Burlian dibilangin juga nggak boleh tapi tetep aja cobacoba.

Main ala Burlian berarti mendekati yang terlarang. Ada untungnya juga, dia bisa bertemu dengan orang Jepang, meneropong bintang dan makan ayam hutan.

Nakamura-san yang membongkar bahwa makan di kasur itu tak apa asal dia tidak meninggalkan remah-remah. Membereskannya kembali sebelum Mamak mara-marah.

Berpetualang bersama Mang Unus
Serial anak Mamak lainnya pun melakukan hal serupa. Mang Unus adik kandung Mamak. Dengan motor trail, dibawanya secara bergantian anak Mamak ke tempat-tempat spesial di seluruh penjuru kampung.


Bersama Burlian, anak ketiga Mamak, mereka melewati hutan dan memasuki gubuk larangan. Ada 'putri mandi', 'harta berharga kampung' yang harus dilindungi dengan cerita seram dan bumbubumbunya.

Tapi Mang Unus membongkarnya rahasia tersebut. 'Putri mandi' yang langka, di tempat seram; gubuk larangan.

Memperjuangkan Pak Bin
Pak Bin, guru satu-satunya di sekolah. Eliana, Pukat, Burlian dan Amelia diajari oleh guru yang sama, Pak Bin. Bertahun mengabdi pada bangsa, mengajar anak-anak di pedalaman Sumatera belum pernah sekalipun ia diangkat menjadi PNS.


Sekolah roboh dan menjadi anak spesial yang masuk televisi dijadikan kesempatan oleh Burlian untuk memperjuangkan Pak Bin. Di hadapan wartawan ia ungkapkan semua keinginannya.

***

Kutaksir setting cerita karangan Tere Liye ini tahun 1980an. Televisi masih hitam putih dan hanya TVRI. Listrik belum sempurna masuk desa. Malam mereka cahayakan dengan canting-canting di rumah atau obor ketika akan pergi keluar. Seperti pulang-pergi mengaji di rumah panggung Nek Kiba.

***

Senin, 13 November 2017

Materi Tere Liye di Al-Amien Prenduan

"Aku Mengenal Tuhan karena Menulis," tema seminar Inspiratif Tere Liye tertanggal 6 November 2017 di Al-Amien Prenduan Sumenep Madura.

Iyaa ini telat nulisnya. Dejavu dan dapet hidayah karena nemu selembar kertasnya di dalam ransel berisi catatan materinya.

Ditulis ulang di blog ini dengan bahasaku dan beberapa celotehan. Sila ambil yang baik-baik ^^


BEING AN AUTHOR

"Penulis itu dikenal tulisannya bukan orangnya," jelas Bang Tere di permulaan acara. Logat beliau membuatku menebak-nebak. Tere Liye asalnya dari mana ya? Menilik dari karya-karyanya, kurasa dari Sumatera.

Mungkin saja, soalnya Bang Tere tak pernah menuliskan biodatanya di halaman terakhir karyanya. Karena katanya,

"Yang penting mengenal tulisannya tidak perlu mengenal penulisnya."
Seperti pepatah bahasa Arab yaa.

"Undzur maa qaala wa laa tandzur man qaala."

Perhatikan isi pembicaraannya. Bukan siapa yang berbicara. Tak peduli dia orang dari mana, asal materinya bagus, kita ambil saja. Tak peduli lebih muda dan berbeda suku bangsa misalnya.

Tere Leye di Al-Amien Prenduan

AUTHOR'S JOB

Menurut Bang Tere Liye, ada tiga hal yang harus dilakukan seorang penulis.

Satu. Harus terus berlatih.

Iyaa, jangan ngaku penulis kalau kamu menulisnya cuma sekali dan tidak pernah latihan. Kata Bunda Helvy, produser Duka Sedalam Cinta, menulis itu ibarat kungfu.

Kayak keren gitu lihat Jackie Chan main kungfu. Terus kepengen mahir kungfu juga. Nah, takkan engkau pandai berbela diri macam dia kecuali kamu latihan. Latihan dengan gigih dan keras. Sama seperti Om Jackie.

Kedua. Watch out how the other writes.

Lihat bagaimana orang lain menulis. Seperti Buya Hamka contohnya. Perhatikan style-nya. Bagaimana beliau memainkan diksi. Kalimatnya yang bak embun pagi di tangkai melati. Wangi, segar nan menyejukkan hati.
*Buka jendela lebar-lebar.

Dan Brown. Pelajari karangan-karangannya. Dari Angels and Demons sampai Origin. Pelajari bagaimana Paman Brown menguraikan detail bermain konflik dalam simbol-simbol.

Ketiga. Meet the author.

Mau jadi penulis harus ketemu penulis. Biar kita ketularan ilmunya. Belajar langsung dari sang mastah.

Ikutan seminar-seminar atau komunitas-komunitas literasi.

"Penyuka sandal jepit saja ada komunitasnya masakan menulis yang notabene memiliki kegiatan positif nggak ada." Itu yang dikatakan seorang pemateri di acara LPM Saint UTM setahun lalu.

Berkumpul dengan atmosfer alias lingkungan yang mendukung. Gabung di pecinta sastra macam Forum Lingkar Pena (FLP), atau di komunitas serupa.

FYI, FLP sudah tersebar di 34 wilayah Indonesia dan 4 cabang di luar negeri. Coba cek FLP Cabang di daerah terdekatmu. Yuk!

Karena berteman dengan penjual minyak wangi kita akan ketularangan wangi. Begitupula temenan sama penulis, biar kita ikutan pinter nulis.


THOUSAND WORDS

"Orang modern menulis seribu kata perhari," pesan Bang Tere di hadapan para santriwati yang memenuli Gedung Serba Guna TMaI.


Konsisten setiap hari.


Biar kelihatan kita ada usaha buat jadi penulis. Rajin latihan. Menurut para pakar setidaknya kita menghabiskan dua jam perhari agar mahir.

Aku biasanya set alarm. Nulis bentar deh satu jam saja. Tapi biasanya suka kebablasan. Saking keasyikan nulis. Itu trik sebenarnya kalau lagi males :D

Soalnya teko sudah penuh. Ide-ide di kepala berdesakan. Caper. Minta perhatian agar direalisasikan.

Cuma kadang yang susah mulainya ><


Action!
Start now!


Percaya deh kalau sudah dimulai jadinya rasanya gampaaaang banget. Nanti kelar satu tulisan akan mengharu biru, "Alhamdulillah nggak terasa sudah duaribu kata." Aku pernah. Haru sekali T.T


Infiruu khifaafaaw wa tsiqaalan..


Segeralah berangkat dalam keadaan ringan maupun berat hati. Dibisikin sama Allah dala surat cinta-Nya. Tertanda di At Taubah ayat 41.

Asababun Nuzulnya menerangkan untuk berangkat ke medan perang. Perang Tabuk tepatnya. Baik dalam kuat maupun lemah. Kaya atau miskin. Muda ataupun tua.

Menulis juga berperang lho. Berperang melawan pemikiran dan idealisme yang mencurigakan sekali.

"Kalimat pertama adalah yang paling mudah," terus kata Bang Tere berhentilah bertanya saya harus menulis apa. Menulislah apa yang merisaukanmu. Tulislah biar dunia tahu apa yang kamu pikirkan.

Segeralah mulai. Mau lagi rajin atau sedang malas. Mulailah menulis. Perbanyak latihan.

"Kebiasaan menyelesaikan akan membuat menulis lebih gampang lagi."


AUTHOR'S STICKY NOTES

Pertama. Perbanyak motivasi
Penting dicatat nih pesan Bang Tere.Bunda Asma Nadia bilangnya, "Find the reason why!"

Temukan alasan menulis. Mengapa kita harus menulis?

Sama halnya juga ketika kita malas bangun sholat Shubuh atau Tahajjud. Kenapa harus Qiyamul Lail? Kenapa kudu bangun malam-malam? Kan dingin..

Find the reason!

Mengapa menulis?

Karena inilah cara menebar kebaikan. Dakwah tak hanya ceramah. Bisa juga lewat tulisan. Kita menyebutnya dakwah bil qalam.

Because writing is healing. Menulis adalah salah satu terapi bagi jiwa. Tanya deh Bunda Sinta Yudisia, seorang psikolog yang juga ketua FLP periode kemarin.

Kedua. Topik bisa apa aja.

Bingung mau nulis apa? Tulis saja apa yang berkelindan di kepalamu. Listrik naik. Cabe mahal. Rupiah nggak stabil.

Mengkritik pemerintah juga bisa. Seperti yang Tere Liye katakan di sini.

Apa saja hatta, daun yang gugur ditiup sepoinya angin. Jadilah ia Daun yang Gugur Tak Pernah Membenci Angin.

Ketiga. Sertakan niat yang ikhlas.

Ini asal muasalnya. Remember why you start. Apa motivasimu saat menulis. Apapun itu usahakan niat yang ikhlas turut disertakan. Agar Allah beri pahala yang berlipat.

Tapi bukan semata-mata untuk kaya.

"Kalau hanya ingin kaya tidak akan ke mana-mana." Masih dengan logat uniknya Tere Liye melontarkan kalimatnya di hadapan peserta.

Kalau memang akhirnya iya. Semoga itu bonus dari Allah untuk kita.

Tere Liye Menulis.

RESEARCH

Sst, Tere Liye membocorkan rahasinya, "Riset itu mencari sebanyak-banyaknya inspirasi."

Bisa didapatkan dengan:


Banyak baca buku.

Di situlah ilmu bisa kita dapatkan. Tanpa perlu berlelah-lelah. Mudah. Lagipula baca buku itu keren. Antimainstream.

Against orang-orang bilang 'semuanya bisa digugling.' -.- Ah nggak juga. Ada hal-hal keren yang nggak kamu temukan di internet. Banyak.

Baca buku itu menyejukkan pandangan. Terbebas dari sinar ultra yang kita dapat dari screen hape atau komputer.

Baca buku sambil minum teh melati. Slurp.


Yes, tea time!


Biar makin konsisten boleh tuh ikutan Reading Challenge-nya FLP JATIM. Biar bacanya makin semangat. Kelasnha ada empat stages. Kelas R minimal baca 5 halaman perhari. Kelas MR, HR hingga SR yang wajib baca 55 halaman dalam sehari.

Ikutan ODOJ juga mantaapp, galz.


Karena buku adalah sumber ilmu.


Banyak baca, banyak tahu.
Banyak baca, banyak ilmu.

Halan-halan.

Inspirasi bisa didapatkan dari mana saja asal kita semangat nyarinya. Salah satunya dengan halan-halan.

Melakukan perjalananan. Melepas penat. Mencari ide baru. Biar fresh.

The above statements clarified that nggak ada tuh nggak mood karena kehilangan inspirasi. Lha inspirasi saja belum dicari kok dibilang hilang -.-

"Buku yang baik akan menerangi separuh dunia." Gitu aja dulu. Latihan-latihan! That's the fundamental.

***

Sebuah perumpaan dikisahkan Tere Liye dalam pemaparannya. Tentang Burung, Kura-kura dan Kelapa.

Setahun berlalu. Mereka berpisah.

Burung terbang tinggi mengelilingi dunia. Bertemu sebangsa unggas lainnya dan menjejaki tempat-tempat istemewa.

Kura-kura menyelami lautan. Berjumpa banyak ikan-ikan. Mengetahui berbagai daratan indah dan menyejukkan pandangan.

Sedangkan Kelapa, apa yang dilakukannya di atas pohon sana?

"Menulis itu ibarat menjatuhkan pohon kelapa dan direngkuh ombak."

Dengan itu ia bisa ke mana saja. Melanglang buana. Menjemput hikmah di setiap tempatnya.

Minggu, 12 November 2017

Tere Liye Hadirkan Jokowi dan Sri Mulyani di Al Amien Prenduan

Tidak perlu mendatangi istana negara atau gedung keuangan negara untuk bertemu Pak Jokowi dan Ibu Sri Mulyani. Dua orang nomor satu di Indonesia tersebut malah dapat dengan mudah datang ke rumah-rumah penduduk. Di Al-Amien Prenduan, Sumenep Madura novelis kondang, Tere Liye memberi triknya.

"Jika kalian jeli, Pak Jokowi dan Ibu Sri Mudah dapat kalian temukan di dalam novelku." Di gedung serba guna TMaI (Tarbiyatul Mu'allimien al Islamiyah) putri Tere Liye santai membocorkan rahasianya.

Tere Liye
Seperti pajak penulis yang masih hangat menjadi perbincangan di kalangan kuli tinta. Tere Liye mengaku malas berdebat dengan mereka. Apalagi menghadapi komentar tak berdasar bin nyinyir di dunia maya. Penulis best seller ini lebih memilih melawan mereka dengan karya.

Dalam Eliana misalnya. Salah satu novel serial anak-anak Mamak ini memperlihatkan sebuah fakta. Kenyataan yang difiksikan tentunya, tentang orang-orang kota yang datang melibas hutan dan mengeruk habis pasir sungai. Ia mengkritik asap Sumatera dan menghadapi orang-orang kota yang memasuki desa dengan paparan kritisnya dalam novel.

"Bacalah novel Negeri Para Bedebah, kalian akan menemukan Pak Presiden dan menteri keuangan," katanya menjawab sebuah pertanyaan peserta.

GESERNA yang dipenuhi ratusan peserta seminar inspiratif pun mengangguk-angguk.  Para peserta  duduk di barisan berdasarkan asalnya. Dari berbagai lembaga dalam naungan Al-Amien; MTA, TMaI, IDIA misalnya atau dari luar pondok. Terlihat wajah-wajah mereka sedang mencoba untuk memahami dan sibuk berkutat menulis catatan. Terlebih, bagi seluruh santri Al-Amien membawa buku ke mana-mana adalah kewajiban. Sanksi siap menanti jika berani melanggar. Maka tangan-tangan terampil menulis ilmu baru yang ditemui mereka di sana.

Kebanyakan diskusi di dalam gedung terlontar seputar kepenulisan. Meski begitu pertanyaan mereka tetap beragam.

Siapa penulis favorit Bang Tere? "Dee Lestari, Asma Nadia, J.K Rowling dan masih banyak lagi. Apa tips menulis yang baik? Tidak ada. Tulis saja." Ringkas dan sederhana jawaban Tere Liye.

Tidak ada. Begitu juga jawaban mamak Tere Liye saat ditanya bagaimana cara memasak selezat beliau. Karena novelis tersebut tak menemukan yang serupa di kota-kota manapun. Padahal enaknya minta ampun.

Peserta yang ingin bertanya dipersilahkan berbaris mengantre di depan mikrofon yang telah disediakan panitia. Antrian juga tertib karena panitia membagi tempat duduk berdasarkan nomor daftar dan darimana mereka berasal. Pemberian doorprize dilakukan panitia dengan adil.

Tidak hanya santri PP. Al-Amien Prenduan yang datang menghadiri seminar bertajuk "Aku Mengenal Tuhan karena Menulis," mahasiswa dan peserta dari luar pondok pun dibolehkan ikut serta. Namun terbatas kuota dan hanya untuk kaum wanita. Bahkan beberapa santri putri sempat kecewa karena tidak bisa mengikuti acara karena kehabisan kuota. Terlebih acara seminar bertepatan dengan hari Jumat (6/10). Hari libur pondok.

"Iya, Mbak. Kuota untuk Tahfidz hanya 100 orang," ucap santriwati MTA (Ma'had Tahfidz Al-Quran) kelas VII SMP.
Antrean yang mengular
Ada kejadian unik saat acara berlangsung. Tere Liye ikut mengacung ketika panitia menanyakan nama asli sang novelis dan arti dari nama penanya. Namun tetap saja panitia memilih seorang peserta yang siap membocorkan dua rahasia tersebut.

"Nama asli Bang Tere Liye, Darwis dan Tere Liye artinya 'untukmu," jawab seorang peserta mantap.

Untuk-Mu. Menulis untuk Tuhan. Untuk memperlihatkan kepedulian. Begitu kira-kira menurut Tere Liye hakikatnya menulis. Bahkan Tere Liye berharap dari pondok pesantren Al-Amien lahir penulis cerdas nan kritis.

Di akhir acara peserta dipersilahkan berbaris rapi dan maju satu-persatu ke panggung. Untuk mendapatkan tandatangan spesial sang penulis.

"Bersabarlah menghadapi Burlian dan jadilah berani seperti Eliana," pesannya sebelum membubuhi tanda tangan di novelku.

Eliana dan Kekuatan Orang Kota

Eliana dan Kekuatan Orang Kota
Petualangan si Anak Sulung
Tere Liye menghadirkan petualangan sesungguhnya dalam Eliana. Bukan fiksi fantasi semacam Geng Raib, Ali dan Seli.

Dialah Eliana sang tokoh utama. Anak sulung Mamak.

Eli, anak SD kelas lima bersama teman-temannya yang dinamai geng Empat Buntal. Empat Buntal yang beraksi dengan cerdas. Menerobos hutan, melompat di dalamnya sungai berpenghuni buaya. Anak-anak desa dari pedalaman Sumatera melawan orang kota.

Ya! Petualangan Eliana, adalah tentang keheroikan anak-anak yang ingin menjaga alam dari keserakahan orang kota.

Orang kota datang mengeruk pasir di sungai. Membuat bising desa. Membuat ikan-ikan pergi.

Komentarku
Huuu, aku berseru kegirangan. Marhotap datang! Aku tahu dia sang penyelamatnya. Mungkin kisahnya akan mirip dengan Mamak dan Bapak waktu muda. Kukira awalnya begitu.


Ssstt, dalam kisah ini diceritakan asal muasal kisah mereka. Mula saat Bapak bertemu Mamak pada sebuah kejadian di kereta. Kalau nak tahu, bacalah.

Seru dan tentu saja mengharu biru khas Tere Liye.

Aku suka penokohan Eliana. Dia berani sekali melawan orang kota. Tak peduli itu bupati, konglomerat kaya raya, maka kebenaran tetap harus ditegakkan. Dan itu cita-cita Eli. Menjadi pembela kebenaran.

Pekerjaan apakah itu? Di bab-bab terakhir Eliana menemukan keinginan masa depannya.

The Connecting Dots
Tentu saja Eliana juga dimeriahkan oleh adik-adiknya. Cerita tak hanya bekerja seorangan. Sepi dong jadinya. Pukat, Burlian dan Amelia hadir melengkapi cerita.


Ada Pak Bin, Nek Kiba dan yang lain juga lho. Karena manusia makhluk sosial ^^

Tingkah laku anak-anak Mamak tersebut mengingatkanku pada Faza, sepupuku yang umurnya sekitar 9 tahun. Berani mengendarai motor naik turun bukit berbatu. Naik-naik pohon, mobil..

Faza sangat antusias dan berbinar kesenengan melewati jembatan Suramadu untuk pertama kalinya. Sama dengan salah satu adegan, ketika teman Eli naik kereta.

Kalung istimewa Marhotap juga membuatku serasa dejavu. Dengan kalung Delisa. Adegan yang sama-sama ditampilkan di akhir cerita.

The Minus
Kekurangannya apa yaa. Aku hanya menemukan satu typo. Coba cek di halaman 372.


Lainnya, hmmm..

Karena aku sudah membaca Amelia, Burlian dan Pukat, jadi aku bisa menebak-nebak. Haru yang kurasakan tak terlalu haru seperti dalam novel Burlian. Serial anak-anak Mamak yang kubaca pertama kali.

Tapi tetep aja sih, ada adegan yang mewek.

Konflik Terselubung
Konflik di Eliana banyak. Banyak. Namanya juga novel. Kalau satu, nanti jadinya cerpen.


Kasus bando istimewa pemberian Wak Yati. Perahu otok-otok Burlian dan Pukat. Tapi detail-sangatnya ada di serial Pukat. Tinta pena Burlian yang cepat habis. Selain melawan orang kota itu sebagian konfliknya.

Konflik terselubung di sini maksudku ada karya yang mengkritisi keadaan sekitar.

Lawan dengan karya. Berhenti nyinyir dan debat di Fesbuk. Gitu kata Bang Tere pas seminar kemarin. Menghadirkan opini dalam bentuk karya sastra adalah something impressive.

Eliana, menampilkan kasus terselebung terjadi di Indonesia. Kasus nenek pencuri kayu bakar, bisnis properti yang suka mengeruk pasir di sungai, perusahaan kelapa sawit yang menebang hutan sembarangan.

Segenggam Berlian
Dari Eliana aku belajar tentang detail. Seorang bapak yang asyik membaca koran di beranda mugkin hanya selingan belaka. Tapi hobi bapak Amelia berpengaruh besar pada cita Eliana di masa depan.


Eits, ternyata aku salah menyebut nama. Maksudku Eliana, bukan Amelia. Itulah mengapa dulu tahun lalu aku salah mengambil buku. Maunya beli cerita si sulung, eh malah si bungsu.

Hikmah lainnya kutulis di quotes ^^

Kamis, 26 Oktober 2017

Kebun Kekata dari Eliana [Quote]



Kutulis kekata berharga, quote istimewa yang kudapat dari novel Eliana. Si sulung dari tiga anak lainnya dalam Pukat, Burlian dan Amelia. Tokoh rekaan dalam Serial Anak-anak Mamak karangan Tere Liye.

Karena sayang rasanya jika hikmah yang bak mutiara itu, kunikmati sendiri. Jadi menuliskannya di sini, adalah caraku berbagi; kebun kekata yang berisi cantiknya diksi, kejadian menarik atau petikan pelajaran yang dapat kita ambilrenungi.

Dari Eliana, Nek Kiba, Marhotap dan tokoh-tokoh lainnya dikisahkan untuk melengkapi cerita.

Karena mutiara hikmah adalah bebungaan dalam kebun kekataku.

***

Aku tertawa melihat Burlian dan Pukat terbirit-birit ke dapur. Membuat berguguran rasa sebalku gara-gara kejadian di kota tadi.

Selebaran tidak membuatnya celaka. Ketakutanlah yang membuatnya terjatuh.

Nah, Burlian, Pukat, Amel bukankah Bapak pernah berkali-kali bilang, jangan pernah takut pada sesuatu yang tidak sejati. Kalian keliru jika takut pada hal-hal remeh seperti itu. Melainkan takutlah berbuat jahat, mengambil hak orang lain. Takutlah menganiaya, berbohong, mencuri dan merendahkan harga diri. Takutlah atas hal-hal yang seperti itu, sesuatu yang lebih sejati. Maka kalian tidak akan pernah takut dengan apapun lagi.

Nasib buruk, nasib baik, mati, kecelakaan, hadiah, rezeki, hanya Allah yang mengatur. Tidak ada satupun makhluk yang berhak ikut campur. Buka presiden, bukan orang tua, bukan atasan, bukan tetangga, bukan teman, dan jelas bukan karena selembar kertas.

Dalam kehidulan kita selalu ada momen, kejadian, atau peristiwa hebat yang bisa menjadikan dua orang musuh menjadi sahabat baik.

Kalau begitu, bantuan dari luar tidak bisa diharapkan lagi. Ini masalah kita, maka kitalah yang akan menolongnya sendiri.

Jika kalian tidak bisa ikut golongan yang memperbaiki, maka setidaknya, janganlah ikut golongan yang merusak. Jika kalian tidak bisa berdiri di depan menyerukan kebaikan, maka berdirilah di belakang. Dukung orang-orang yang mengajak pada kebaikan dengan segala keterbatasan. Itu lebih baik.

Barang hilang, sungguh aneh perilakunya. Semakin dicari semakin tidak ketemu. Saat dilupakan, diikhlaskan, malah muncul sendiri di depan mata.

Tim murid laki-laki memang lebih bertenaga, lebih cepat dan lebih kuat. Kami memang kalah cepat, kalah kuat. Tapi kami lebih gesit, lebih lincah, berusaha melewati garis pertahanan mereka saat penjaganya lengah atau terprovokasi seru-seruan.

Oi, itulah hakikat sejatinya adzan, membuat terhenti seluruh kegiatan. Yang sedang masak, berhenti menggoreng. Yang sedang bekerja membangun rumah, berhenti memasang batu bata. Yang sedang mencangkul kopi, berhenti mencangkul.

Bahkan adzan ini memancing kita semua datang ke masjid kampung. Ada yang memang hendak sholat maghrib. Ada yang ingin tahu. Ada yang sekadar menonton. Terserah apa niatannya, tapi adzan ini lebih kencang dari siapapum selama puluhan tahun aku tinggal di kampung.

Orang kota bilang hanya mengambil hutan yang terlantar, padang rumput gersang, lahan-lahan kritis. Itu dusta, alat-alat berat justru dikirimkan ke hutan-hutan terbaik. Penduduk mati-matian menolak. Percuma, kekuatan orang kota jauh lebih besar dibanding yang mereka bisa bayangkan.

Herbarium adalah bagian tanaman yang diawetkan. Seperti daun yang dikeringkan, menyisakan kelopak, benang sari dan mahkota kering. Atau batang, buah, akar, apa saja dari bagian tanaman yang bisa diawetkan.

Aku tidak tahu di mana Marhotap sekarang. Tetapi setidaknya aku tahu, kita pernah bersama-sama dalam satu pemahaman. Sama-sama membenci tambang pasir itu.

Ada suatu masa di antara masa-masa. Ada suatu musim di antara musim-musim. Saat ketika alam memberikan perlawanannya sendiri. Saat ketika hutan, sungai, lembah, membalas sendiri para perusaknya.

Kami tidak banyak bicara melintasi jalan setapak padang rumput. Deru napas kami yang bicara.

Bumi kita hanya satu. Milik kita bersama, yang kita pinjam dari anak-cucu kita.

Urusan ini bukan sekadar bilang 'tidak', Eli. Kita harus pintar, tahan banting dan punya daya tahan menghadapi mereka. Hanya dengan itu kita bisa memastikan seluruh warisan hutan dan kebijakan leluhur kampung bertahan ratusan tahun.

***

That's all the quotes from Eliana I can give to you. Hopefully it inspires you in all of things. Review bukunya, Insya Allah besok. See ya!


Senin, 18 September 2017

Oleh-Oleh dari Petualangan Klan Bintang

Setelah menjelajahi Klan Bumi, Bulan dan Matahari, kali ini Raib, Seli dan Ali melanjutkan petualangan keempat mereka. Menuju Klan Bintang yang berada di perut bumi!


Tere Liye berhasil menjabarkan teori monomyhth dalam kisah fantasinya dalam Bintang. Meski kuaki alur awalnya masih bertele-tele. Basa-basi, khas Indonesia yang mengedepankan sopan-santun. Setidaknya begitu harfiah yang dibawakan KBBI.

Bab pertama bercerita soal Pak Gun dan penjelasan biologinya mengenai lungfish. Ikan yang bisa bertahan selama puluhan tahun dalam tanah kering. Bahkan ketika tanah tersebut dijadikan bangunan. Dan meskipun ada si ikan terjebak di sana. Ia akan kembali hidup jika hujan datang menimpanya.

Aku membayangkan Dory ikan dengan mata membesar. Oh imutnya!

Itu bab yang aku tawarkan pada Bela. Adikku yang masih duduk di kelas lima esde. Dia awalnya tak mau membaca buku itu. Katanya, sampulnya seram. Banyak monsternya. Pikirnya, isinya pasti tak jauh-jauh dari itu.

Tapi kudesak ia dengan hanya membaca bab pertama. Dia setuju. Hanya satu bab saja. Kutinggal rehat dan ketika mataku terbuka ia masih dengan novel Bintang.

Tuh kan Dek. Besok-besok kau akan mengerti perihal don't judge book by its cover.

Sejujurnya aku juga setuju dengan Bela akan sampul yang menyeramkan itu. Deskripsi yang menerangkan petualangan ketika bocah SMA saat mereka menghadapi laba-laba raksasa pemakan ternak.

Ya, anak SMA. Padahal dari awal, imajinasiku membayangkan para pemeran Bintang adalah anak-anak. Macam Burlian atau Amelia gitu. Haha, ternyata salah telak. Wah, gegara serial anak-anak Mamak nih.

Karena sudah terlanjur, bayanganku tak jauh dari itu. Pilihan imajinasiku membawa tiga tokoh Bintang jatuh pada anime Free yang imut. Anak SMA yang imut. Nah, itu baru benar.


Balik lagi soal sampul. Laba-laba raksasa dan kucing hitam. Padahal si kucing tidak tampil untuk memerankan satu adegan pun. Namun, nyatanya itu yang disajikan di depan. Tampak seperti monster menakutkan. Kenapa tidak Ruangan Padang Rumput dengan gemericik sungai yang menentramkan saja? Atau Pulau Pesisir Tenggara dengan laut, sunset dan pasirnya yang lembut. Itu lebih menakjubkan menurutku. Lebih catchy.

Ah, kumaha Orkha Creative lah sebagai desainer.

Iya lho, informasi pada halaman keempat hanya memberi tahu soal perancang sampul. Layouter dan editornya tidak disebutkan. Ini mencurigakan sekali bukan. Jangan-jangan Bang Tere membuatnya sendirian. Dan kuhitung hanya ada satu typo. Masya Allah, kerennya. Two thumbs up!

***
Judul: Bintang
Penulis: Tere Liye
Halaman: 380
Penerbit: Gramedia
Cetakan: Pertama, Juli 2017
Desain Sampul: Orkha Creative



Kamis, 16 Juni 2016

Pulang [Quotes]


Aku tidak takut. Jika setiap manusia memiliki lima emosi, yaitu bahagia, sedih, takut, dan kemarahan aku hanya memiliki empat emosi. Aku tidak punya rasa takut.

Inilah hidupku, dan aku tidak peduli apapun penilaian kalian. Toh, aku bukan hidup untuk membahagiakan orang lain, apalagi mengahbiskan waktu mendengar komentar mereka.

I against my brother, my brothers and I against my cousins and I against strangers-pepatah suku Bedouin

Kau segera akan tahu bahwa dunia ini luas sekali, Bujang. Tidak hanya seluas hutan di kampung.

Kuburkan aku segera tanpa harus menunggu siapapun agar semua bisa dilupakan dengan cepat.

Semua orang memiliki masa lalu, dan itu bukan urusan siapapun. Urus saja masa lalu masing-masing.

Aku tahu Kopong sudah berusaha sangat ramah. Tapi wajah sangar tetap tidak bisa ditolong.
Di keluarga ini masa lalu, hari ini, masa depan sepertinya berkelindan erat bagi setiap penghuninya.

Aku sudah mulai melupakan lereng rimba Sumatera.lupa rasanya berlarian di ladang padi tadah hujan, melompati parit-parit hutan, berjalan di atas pohon tumbang, atau menatap kabut putih yang menggantung setiap pagi.

Jangan pernah tertipu dengan tampilan fisik.

Tidak semua di dunia ini bisa dibeli dengan uang.

Pertempuran adalah pertempuran. Tidak ada ampun. Jangan ragu  walau sehelai benang.
Bahwa kesetiaan terbaik adalah prinsip-prinsip hidup bukan pada yang lain.

Sungguh jika manusia memiliki lima emosi, aku hanya memiliki empat karena aku tak lagi memiliki rasa takut.

Tentu sekarang, Bujang! Aku tidak punya waktu untuk berdiri di sini sepanjang hari.

Salonga tidak pernahmeminta bayaran sepeser pun atas setiap pekerjaan yang Keluarga Tong berika karena dia memiliki definisi kesetiaan tersendiri.

Hanya kesetiaan pada prinsiplah yang akan memanggil kesetiaan-kesetiaan lainnya.
Samurai adalah cara hidup. Prinsip-prinsip. Kehormatan.

Katana bukan sekedar alat untuk membunuh, tapi juga simbol rasa sabar dan pengendalian diri.sejatinya dalam hidup kita tidak pernah berusaha mengalahkan orang lain, dan itu sama sekali tidak perlu. Kita cukup mengalalahkan diri sendiri. egoisme. Ketidakpedulian. Ambisi. Rasa takut. Pertanyaan. Keraguan. Sekali kau menang dalam pertempuran itu. maka pertempuran yang lainnya mudah saja.

Sekarang saatnya kau melatih diri sendiri dan menemukan jawaban dar dirimu sendiri.

Saat kau ada di titik itu, kau seperti bisa menyentuhnya, tersenyum takzim, menyaksikan betapa jernihnya kehidupan. Saat itu terjadi, kau telah pulang. Pulang pada hakikat kehidupan. Memeluk erat semua kesedihan dan kegembiraan.

Bagaimana aku melakukannya? Persis seperti yang kau bilang, kerja keras, latihan dan disiplin.
Kita tidak tahu kehidupan akan membanting kita dalam sekali. Membuat tertunduk untuk kemudian memaksa kita mengambil keputusan. Satu-dua keputusan itu membuat kita bangga,sedangkan sisanya lebih banyak menghasilkan penyesalan.

Semua orang bisa berkhianat, Bujang. Jika dia memiliki motif dan kesempatan, dia akan melakukannya.

Bersabarlah, maka gunung-gunung akan luruh dengan sendirinya, lautan akan kering. Biarkan waktu menghabisi semuanya.

Hidup adalah perjalanan panjang. Kumpulan hari-hari. Di salah satu hari itu, di hari yang sangat spesial, kita dilahirkan. Kita menangis kencang saat menghidup udara pertama kali. Di salah hari lainnya, kita tiba-tiba tergugu sedih karena kegagalan atau kehilangan. Di salah satu berikutnya, kita tertikam sesak,tersungkur terluka, berharap hari segera berlalu. Hari-hari buruk mulai datang. Dan kita tidak pernah tahu kapan dia akan tiba menegtuk pintu. Kemarin kita masih tertawa, untuk besok lusa tergugu menangis. Kemarin kita masih berbahagia dengan banyak hal, untuk besok lusa terjatuh, dipukul telak oleh kehidupan. Hari-hari menyakitkan.

Jangan dilawan hari-hari menyakitkan itu, Nak. Jangan pernah kau lawan. Karena kau pasti kalah. Mau semuak apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan memenuhi janjinya,terbit dan terbit lagi tanpa peduli apa perasaanmu.

Kau keliru sekali jika berusaha melawannya, membencinya, itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Peluklah semuanya. Peluk erat-erat. Dekap seluruh kebenciaan itu. Hanya itu cara agar hatimu damai, Nak.

Semua pertanyaan, semua keraguan, semua kecemasan, semua kenangan, peluklah mereka erat-erat. Tidak perlu disesali, tidak perlu membenci, buat apa? Bukankah kita selalu bisa melihat hari yang indah meski di hari terburuk sekalipun?

Ketahuilah, Nak. Hidup ini tidak pernah tentang mengalahkan siapapun. Hidup ini hanya tentang kedamaian di hatimu.

Dia takut-dia mengakuinya-tapi dia tidak akan lari dari kenyataan itu, melainkan akan menitipkan sisanya kepada takdir Tuhan.

Menerjemahkan kembali keberanian.

Kita tidak pernah berdua.

Apakah aku takut saat ini?

Aku  membutuhkan keajaiban yang tersisa.

Tidak ada sihir. Aku hanya bergerak lebih cepat dibanding dirinya, bergerak lebih kuat. Aku telah menerobos batasan diriku sendiri.

Ketika di telah membuka tabir ‘rahasianya,’ hal yang tak  mungkin menjadi mungkin.


Sungguh, sejauh apa pun kehidupan menyesatkan, segelap apa pun hitam yang kutempuh, Tuhan selalu memanggil kami pulang. Anakmu telah pulang. 

Sabtu, 14 Mei 2016

Amelia [Quote]


Aku tenggelam dalam tarian huruf, kata, kalimat-kalimat dalam cerita. Dan waktu terus melesat berlalu

Kau hanya perlu menerima seidit saja kenyataan tersebut, maka kau akan paham.

Itulah salah-satu jawaban mengapa kemiskinan, keterbatasan bisa diberantas dengan ilmu pengetahuan. Tentu kerja keras menjadi syarat utamanya. Akan tetapi jika ditambah sedikit ilmu pengetahuan, petani kampung kita bisa hidup makmur dan berkecukupan.

Berpikir positif dan menghibur diri selalu efektif membuat perasaan kesal berubah menjadi riang.

Ingat dua peraturan dalam bagaimana menulis karangan yang baik. Yang pertama adalah tidak ada peraturannya sama sekali. Yang kedua, jika ada peraturan yang bilang ada peraturannya, maka lihat peraturan yang pertama. Biarkan jemari kalian mengalir bagai mata air deras, menuliskan cerita yang bening tak tertahankan.



Selalu menyenangkan setiap kali berhasil mengusir pergi perasaan itu, perasaan bersalah.

Sebenarnya Amel, di dunia ini ada puluhan juta anak-anak yatim piatu. Tidak ber-ayah, pun tidak memiliki ibu. Bukan hanya Norris yang ditinggal ibunya. Satu-dua di antara jutaan itu tumbuh menjadi anak yang paham, mengerti. Meski juga banyak yang sebagian besar berwatak buruk, bahkan jahat. Lantas, kenapa kita harus bersusah payah peduli padanya, terus membantu padahal semua kebaikan yang diberikan hanya dilempar jauh-jauh? Karena Norris adalah teman kita, tetangga kita. Berada dekat di sekitar kita, dan ada dalam kehidupan kita. Sebelum kita peduli pada jutaan anak-anak itu, mulailah peduli dengan yang paling dekat. Kau telah melakukannya, Amel. Jangan bersedih hati.

Bagus sekali, Gita. Jangan cemas, ini bukan soal kecepatan. Sepanjang kalian bisa menemukannya itu lebih dari cukup.

Di dunia ini selalu ada orang-orang yang memang tidak pantas mendapat perhatian, kasih sayang. Orang-orang yang memang sebaiknya dibuang jauh-jauh dari kehidupan kita.


Kau kira jika semua orang jahat kepada kau karena mereka jahat? Kau sendirilah yang membuat orang-orang membenci kau. Mereka menertawakan karena kau sendiri yang meminta ditertawakan. Semua orang berhenti berbuat baik karena kau sendiri yang justru membuang seluruh kebaikan itu.

Banyak hal di dunia ini yang tidak kita ketahui. Maka saat kita tidak tahu, bukan berarti kita berhak menyimpulkannya semau kita. Ada banyak hal di dunia ini yang terlihat jahat, menyakitkan, tapi itu boleh jadi karena kita tidak tahu, belum mengerti.

Karena hati kau terbuat dari kristal paling bening. Hanya seorang puteri terbaik yang memperolehnya. Putri Amelia.

Tetap berpikir yang terbaik akan terjadi.

Selalu saja ada orang-orang yang tetap peduli dan tidak pergi.

Tidak ada tulisan jelek, tidak ada tulisan yang bagus. Semuanya spesial

Puisinya bebas, tulis saja perasaan yang ingin kalian tumpahkan.

Tidak pernah ada kata terlambat dalam kata belajar, Nak. Tidak kemarin, tidak hari ini, juga tidak akan pernah esok lusa. Mari bergabung.


Hidup ini dipergilirkan satu sama lain. Kadang kita di atas, kadang kita di bawah. Kadang kita tertawa, lantas kemudian terdiam menangis. Itulah kehidupan. Barang siapa yang sabar, maka semuanya akan dilewati dengan hati lapang.

Doa bisa terwujud menjdi bala bantuan tidak terbilang yang dikirim langsung dari langit. Doa adalah benteng pertahanan yang baik. Sekaligus senjata musli terbaik.

Belajar menjadi petani cerdas.

Ketika kita pergi melihat dunia luar, maka kita akan menemui tempat baru, teman-teman baru, pengalaman baru, kesempatan baru. Maka, jangan bersedih.


Dan yang lebih penting apakah kita bahagia atau tidak. Apakah rasa damai dan tenteram itu hadir di hati. Kitalah yang paling tahu.

Tenang saja, selalu ada esok lusa. Pekerjaan ini membutuhkan semangat yang besar.

Sebenarnya perih, tapi itu tertutupi dengan perasaan riang melihat seluruh lahan sudah bersih.

Tuntutlah ilmu sejauh mungkin. Rengkuh ia dari tempat-tempat yang jauh. Kumpulkan dari sumber-sumber terbaik, guru-guru yang tulus. Agar terang cahaya kalian. Terang oleh ilmu. Jangan bosan karena waktu. Jangan menyerah pada keterbatasan. Jangan malu karena ketidaktahuan. Kalian adalah anak-anak terbaik yang dimiliki kampung ini.

Siapapun yang tidak pernah mengambil langkah pertama dalam memulai sesuatu, maka tidak akan pernah melihat hasil sesuatu tersebut. Tidak akan pernah.


Rabu, 16 Maret 2016

Menelusur Cerita Lail dan Esok

Hujan, novel terbaru dari pengarang tersohor di Indonesia; Tere Liye. Di awal bab-nya menceritakan Lail dan fasilitatornya, Elijah di dalam sebuah ruangan serba canggih. Kau tahu apa yang dilakukan Lail di sana? ia akan menghapus sebuah kenangan. Memori yang menyesakkan dada apabila diingat. 

Cerita dalam novel ini beralatar di tahun 2042 dan beberapa kenangan masa lalu sebelumnya. Saat gunung purba meletus dan mengakibatkan beberapa dunia hancur. Hanya sepuluh persen penduduk dunia yang hidup. Atas bencana tersebut Lail dan Esok dipertemukan. Keduanya semakin akrab di tenda pengungsian. Esok memutuskan menjadi relawan bagi para korban dan Lail membantu di dapur.

Ya, mereka bertahan setelah Esok kehilangan empat kakak lelakinya. Lail tinggal sebatang kara. Ayah dan Ibunya tak terselamatkan. Maka bencana tersebut mengakrabkan keduanya.

Bencana itu, memporak-porandakan kota, bahkan dunia. Banyak infrastruktur yang rusak. Fasilitas dan sebagainya. Kejadian itu juga membuat sebagian besar negara di dunia beku. Terkecuali negara tropis. Tempat tinggal Esok dan Lail.  Di sana, pada hari ke-90 pepohonan kembali menghijau dan langit masih coklat. 

Saat kota kembali cerah, para pengungsi berkumpul di panti. Seperti Lail namun tidak dengan Esok. Lail satu kamar dengan Maryam. Si pemilik rambut kribo tapi jangan salah, meski begitu rambut Maryam bersih dan wangi.

Maryam dan Lail kemudian menjadi sahabat. Kompak di asrama panti juga di sekolah. Setiap hari mereka menggunakan bus rute 12 menuju kampus. Oia, Maryam dan Lail bersama-sama hingga kuliah tiba. Rute transit mengingatkanku akan Jogja. Lebih tepatnya Mr. TJ. Oh, aku belum menulis cerita tentang itu!

Apa yang kaubayangkan; yang akan terjadi sepuluh-dua puluh tahun mendatang?

Dalam novel ini, kamera-mobil bisa terbang. Kau bisa mengambil gambar dari sudut manapun. Mengendarai mobil tanpa macet. Pun ponsel. Hape di dalam novel ini berupa hologram di pergelangan tangan. dapat diapakai dalam segala situasi. Bisa dipakai untuk bertransaksi, maupun presentasi.

Itulah mengapa ada Esok. Tokoh yang menjadi pemuda sangat jenius 

Di tahun itu, membuat lemari seperti mencetak sebuah dokumen. Pun kue. Kau hanya perlu memasukkan data bahan. Mudah dan tidak ribet. Lengkap dengan dekorasi jika kau ingin menghiasnya. Selanjutnya tinggal tekan tombol print.

Oo, Claudia! Kau tahu? Gadis semata wayang Wali kota yang membuat Lail cemburu. Itu yang membuat konflik hingga akhir cerita. Yang membuat Lail maenata hati untuk Esok. Tere Liye sering mengatakannya, dalam buku atau status Facebook. Ya, menata hati.

Cover novel ini terwakili. Sangat! Hujan dan salju. Es yang membeku. Amat mengagumkan. Mewakili keseluruhan cerita. pendapatku tentang novel ini... Jahat! Itu kata pertama yang muncul dalam kepalaku ketika menyelesaikan keseluruhan cerita. Oow! Keren sangat! kau harus membacanya!

Hujan, novel karya Tere Liye. Baca quote kerennya di sini


Hujan-Tere Liye (Quote)

Kejadian besar selalu bisa membuat orang cepat dewasa. Mereka tidak bisa menghindar, tidak bisa melawan. Mereka hanya bisa  memeluk semua kesedihan, memeluknya erat-erat.


Kesibukan adalah cara terbaik melupakan banyak hal, membuat waktu melesat tanpa terasa.

Bab lama telah lama ditutup. Bab baru siap dibuka.

Lail membalas kejamnya takdir dengan membantu orang lain. Mengobati kesedihan dengan berbuat baik. Kesibukan juga mampu mengusir kerinduannya kepada Esok.

Apakah kita akan memilih melupakan atau mengenang semua hal menyakitkan.

Jangan pernah jatuh cinta saat hujan, Lail. Karena ketika besok lusa kamu patah hati, setiap hujan turun, kamu akan mengenang kejadian menyakitkan itu.

Karena kenangan seperti hujan, ketika ia datang, kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan  tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu, hingga selesai sendirinya.

Kamu tahu, Lail, ciri-ciri orang  yang sedang jatuh cinta adalah merasa bahagia dan sakit dalam waktu bersamaan. Merasa yakin dan ragu dalam satu hela napas. Mereka senang sekaligus cemas menunggu hari esok. Tak pelak lagi.

Bagi orang-orang yang sedang menyimpan perasaan, ternyata bukan soal besok kiamat saja yang membuat panik, susah  hati. Cukup hal kecil seperti jaringan komunikasi terputus, genap sudah untuk membuat nelangsa

Hujan-Tere Liye mengisahkan banyak hal
Kamu tahu, Lail, tidak ada kabar adalah kabar, yaitu kabar tidak ada kabar. Tidak ada kepastian juga adalah kepastian, yaitu kepastian tidak ada kepastian.

Semua harus lulus. Gagal satu, itu berarti mengulang setahun lagi. Dalam skenario yang lebih buruk, gagal dua mata kuliah, mereka akan dikeluarkan dari sekolah. Semua mahasiswa menggunakan lisensi sistem pendidikan yang dibiayai negara. Dana itu tidak akan dihabiskan untuk mahasiswa yang malas belajar.

Ada orang-orang yang sebaiknya cukup menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka, biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang. Toh dunia in selalu ada misteri yang tidak bisa dijelaskan.menerimanya dengan baik justru membawa kedamaian.

Bagian terbaik dari jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri. Kamu pernah merasakn rasa sukanya, sesuatu yang sulit dilukiskan kuas sang pelukis, sulit disulam puisi oleh pujangga, tidak bisa dijelaskan oleh mesin paling canggih sekalipun. Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. Jadi kenapa kamu sakit hati setelahnya? Kecewa? Marah? Benci? Cemburu? Jangan-jangan karena kamu tidak pernah paham betapa indahnya jatuh cinta.

Di sana juga ada Maryam, sahabat Lail
Kita harus membayar mahal atas egoisme masing-masing.

Tanpa siklus hujan, cadangan air bawah tanah mulai berkurang. Bahan pangan kembali terbatas. Dan harga melesat tidak terkendali.

Gadis itu sudah berjanji akan mengendalikan perasaannya. Mengusir pergi setiap kali rindu datang. Menutup rapat-rapat setiap kali kenangan di lokasi pengungsian kembali. Siapalah dia? Bukan siapa-siapa Esok!

Lebih baik mendengar kebenaran meski itu amat menyakitkan daripada mendengar kebohongan meski itu amat menyenangkan.

Ini pekerjaan relawan bukan penugasan militer. Tak perlu mengarang-ngarang alasan.

Orang-orang kuatlah yang bisa melepaskan sesuatu, orang–orang yang berhasil menaklukkan diri sendiri. Meski terasa sakit, menangis, marah-marah tapi pada akhirnya bisa tulus melepaskan, maka dia telah berhasil menaklukkan diri sendiri.

Tetapi sesungguhnya buka melupakan yang menjadi masalahnya. Tapi menerima. Barang siapa yang bisa menerima, maka dia akan melupakan. Tapi jika dia tidak bis menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan.