Tampilkan postingan dengan label Serial Anak-Anak Mamak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Serial Anak-Anak Mamak. Tampilkan semua postingan

Selasa, 05 Desember 2017

Burlian si Anak Spesial

Burlian si Anak Spesial
Burlian si anak spesial, begitu Mamak, Bapak, Wak Yati, Bakwo Dar dan lingkungan memanggilnya. Bukan dengan sebutan ia si anak nakal atau pembangkang.

Anak-anak Mamak tumbuh dengan lingkungan positif. Julukan positif meskipun kadang harus diteriaki beberapa kali oleh Mamak baru mau menurut.

Amelia, si bungsu, si kuat. Burlian si anak spesial yang suka berpetualang. Pukat si anak pintar, pandai dan selalu bisa menjawab segala pertanyaan. Eliana si sulung yang pemberani, melindungi harta berharga kampung dari jarahan orang kota.

Setiap anak memiliki karakternya sendiri. Dalam Burlian, Tere Liye menegaskan bahwa ia adalah anak Mamak yang spesial. Walaupun 'bandel'nya luar biasa juga.

***

Mainan ala Anak-anak
Tak ada gawai, tentu saja. Mainan Burlian adalah otok-otok yang dibuat Pukat. Bisa saja mereka membelinya di pasar kecamatan, tapi apalah daya dompet yang tak beruang. Lagipula Pukat si pintar bisa membuatkannya dengan otak cemerlang.


Jika dalam Eliana, partner-nya melawan orang kota adalah Marhotap, Burlian memiliki karib yang bernama Ahmad. Teman yang sangat mahir bermain bola. Di lapangan bekas pabrik karet mereka bertanding di sana. Sangat seru. Orang sekampung menonton dan mengelu-elukan keduanya hingga peristiwa naas itu terjadi.

SDSB! Mainan yang dicoba Burlian ini membuat Mamak geram. Bahkan Nek Kiba di surau juga ikut turun tangan. Soalnya pemuda-pemuda kampung juga main. Burlian dibilangin juga nggak boleh tapi tetep aja cobacoba.

Main ala Burlian berarti mendekati yang terlarang. Ada untungnya juga, dia bisa bertemu dengan orang Jepang, meneropong bintang dan makan ayam hutan.

Nakamura-san yang membongkar bahwa makan di kasur itu tak apa asal dia tidak meninggalkan remah-remah. Membereskannya kembali sebelum Mamak mara-marah.

Berpetualang bersama Mang Unus
Serial anak Mamak lainnya pun melakukan hal serupa. Mang Unus adik kandung Mamak. Dengan motor trail, dibawanya secara bergantian anak Mamak ke tempat-tempat spesial di seluruh penjuru kampung.


Bersama Burlian, anak ketiga Mamak, mereka melewati hutan dan memasuki gubuk larangan. Ada 'putri mandi', 'harta berharga kampung' yang harus dilindungi dengan cerita seram dan bumbubumbunya.

Tapi Mang Unus membongkarnya rahasia tersebut. 'Putri mandi' yang langka, di tempat seram; gubuk larangan.

Memperjuangkan Pak Bin
Pak Bin, guru satu-satunya di sekolah. Eliana, Pukat, Burlian dan Amelia diajari oleh guru yang sama, Pak Bin. Bertahun mengabdi pada bangsa, mengajar anak-anak di pedalaman Sumatera belum pernah sekalipun ia diangkat menjadi PNS.


Sekolah roboh dan menjadi anak spesial yang masuk televisi dijadikan kesempatan oleh Burlian untuk memperjuangkan Pak Bin. Di hadapan wartawan ia ungkapkan semua keinginannya.

***

Kutaksir setting cerita karangan Tere Liye ini tahun 1980an. Televisi masih hitam putih dan hanya TVRI. Listrik belum sempurna masuk desa. Malam mereka cahayakan dengan canting-canting di rumah atau obor ketika akan pergi keluar. Seperti pulang-pergi mengaji di rumah panggung Nek Kiba.

***

Minggu, 12 November 2017

Eliana dan Kekuatan Orang Kota

Eliana dan Kekuatan Orang Kota
Petualangan si Anak Sulung
Tere Liye menghadirkan petualangan sesungguhnya dalam Eliana. Bukan fiksi fantasi semacam Geng Raib, Ali dan Seli.

Dialah Eliana sang tokoh utama. Anak sulung Mamak.

Eli, anak SD kelas lima bersama teman-temannya yang dinamai geng Empat Buntal. Empat Buntal yang beraksi dengan cerdas. Menerobos hutan, melompat di dalamnya sungai berpenghuni buaya. Anak-anak desa dari pedalaman Sumatera melawan orang kota.

Ya! Petualangan Eliana, adalah tentang keheroikan anak-anak yang ingin menjaga alam dari keserakahan orang kota.

Orang kota datang mengeruk pasir di sungai. Membuat bising desa. Membuat ikan-ikan pergi.

Komentarku
Huuu, aku berseru kegirangan. Marhotap datang! Aku tahu dia sang penyelamatnya. Mungkin kisahnya akan mirip dengan Mamak dan Bapak waktu muda. Kukira awalnya begitu.


Ssstt, dalam kisah ini diceritakan asal muasal kisah mereka. Mula saat Bapak bertemu Mamak pada sebuah kejadian di kereta. Kalau nak tahu, bacalah.

Seru dan tentu saja mengharu biru khas Tere Liye.

Aku suka penokohan Eliana. Dia berani sekali melawan orang kota. Tak peduli itu bupati, konglomerat kaya raya, maka kebenaran tetap harus ditegakkan. Dan itu cita-cita Eli. Menjadi pembela kebenaran.

Pekerjaan apakah itu? Di bab-bab terakhir Eliana menemukan keinginan masa depannya.

The Connecting Dots
Tentu saja Eliana juga dimeriahkan oleh adik-adiknya. Cerita tak hanya bekerja seorangan. Sepi dong jadinya. Pukat, Burlian dan Amelia hadir melengkapi cerita.


Ada Pak Bin, Nek Kiba dan yang lain juga lho. Karena manusia makhluk sosial ^^

Tingkah laku anak-anak Mamak tersebut mengingatkanku pada Faza, sepupuku yang umurnya sekitar 9 tahun. Berani mengendarai motor naik turun bukit berbatu. Naik-naik pohon, mobil..

Faza sangat antusias dan berbinar kesenengan melewati jembatan Suramadu untuk pertama kalinya. Sama dengan salah satu adegan, ketika teman Eli naik kereta.

Kalung istimewa Marhotap juga membuatku serasa dejavu. Dengan kalung Delisa. Adegan yang sama-sama ditampilkan di akhir cerita.

The Minus
Kekurangannya apa yaa. Aku hanya menemukan satu typo. Coba cek di halaman 372.


Lainnya, hmmm..

Karena aku sudah membaca Amelia, Burlian dan Pukat, jadi aku bisa menebak-nebak. Haru yang kurasakan tak terlalu haru seperti dalam novel Burlian. Serial anak-anak Mamak yang kubaca pertama kali.

Tapi tetep aja sih, ada adegan yang mewek.

Konflik Terselubung
Konflik di Eliana banyak. Banyak. Namanya juga novel. Kalau satu, nanti jadinya cerpen.


Kasus bando istimewa pemberian Wak Yati. Perahu otok-otok Burlian dan Pukat. Tapi detail-sangatnya ada di serial Pukat. Tinta pena Burlian yang cepat habis. Selain melawan orang kota itu sebagian konfliknya.

Konflik terselubung di sini maksudku ada karya yang mengkritisi keadaan sekitar.

Lawan dengan karya. Berhenti nyinyir dan debat di Fesbuk. Gitu kata Bang Tere pas seminar kemarin. Menghadirkan opini dalam bentuk karya sastra adalah something impressive.

Eliana, menampilkan kasus terselebung terjadi di Indonesia. Kasus nenek pencuri kayu bakar, bisnis properti yang suka mengeruk pasir di sungai, perusahaan kelapa sawit yang menebang hutan sembarangan.

Segenggam Berlian
Dari Eliana aku belajar tentang detail. Seorang bapak yang asyik membaca koran di beranda mugkin hanya selingan belaka. Tapi hobi bapak Amelia berpengaruh besar pada cita Eliana di masa depan.


Eits, ternyata aku salah menyebut nama. Maksudku Eliana, bukan Amelia. Itulah mengapa dulu tahun lalu aku salah mengambil buku. Maunya beli cerita si sulung, eh malah si bungsu.

Hikmah lainnya kutulis di quotes ^^