Senin, 13 November 2017

Materi Tere Liye di Al-Amien Prenduan

"Aku Mengenal Tuhan karena Menulis," tema seminar Inspiratif Tere Liye tertanggal 6 November 2017 di Al-Amien Prenduan Sumenep Madura.

Iyaa ini telat nulisnya. Dejavu dan dapet hidayah karena nemu selembar kertasnya di dalam ransel berisi catatan materinya.

Ditulis ulang di blog ini dengan bahasaku dan beberapa celotehan. Sila ambil yang baik-baik ^^


BEING AN AUTHOR

"Penulis itu dikenal tulisannya bukan orangnya," jelas Bang Tere di permulaan acara. Logat beliau membuatku menebak-nebak. Tere Liye asalnya dari mana ya? Menilik dari karya-karyanya, kurasa dari Sumatera.

Mungkin saja, soalnya Bang Tere tak pernah menuliskan biodatanya di halaman terakhir karyanya. Karena katanya,

"Yang penting mengenal tulisannya tidak perlu mengenal penulisnya."
Seperti pepatah bahasa Arab yaa.

"Undzur maa qaala wa laa tandzur man qaala."

Perhatikan isi pembicaraannya. Bukan siapa yang berbicara. Tak peduli dia orang dari mana, asal materinya bagus, kita ambil saja. Tak peduli lebih muda dan berbeda suku bangsa misalnya.

Tere Leye di Al-Amien Prenduan

AUTHOR'S JOB

Menurut Bang Tere Liye, ada tiga hal yang harus dilakukan seorang penulis.

Satu. Harus terus berlatih.

Iyaa, jangan ngaku penulis kalau kamu menulisnya cuma sekali dan tidak pernah latihan. Kata Bunda Helvy, produser Duka Sedalam Cinta, menulis itu ibarat kungfu.

Kayak keren gitu lihat Jackie Chan main kungfu. Terus kepengen mahir kungfu juga. Nah, takkan engkau pandai berbela diri macam dia kecuali kamu latihan. Latihan dengan gigih dan keras. Sama seperti Om Jackie.

Kedua. Watch out how the other writes.

Lihat bagaimana orang lain menulis. Seperti Buya Hamka contohnya. Perhatikan style-nya. Bagaimana beliau memainkan diksi. Kalimatnya yang bak embun pagi di tangkai melati. Wangi, segar nan menyejukkan hati.
*Buka jendela lebar-lebar.

Dan Brown. Pelajari karangan-karangannya. Dari Angels and Demons sampai Origin. Pelajari bagaimana Paman Brown menguraikan detail bermain konflik dalam simbol-simbol.

Ketiga. Meet the author.

Mau jadi penulis harus ketemu penulis. Biar kita ketularan ilmunya. Belajar langsung dari sang mastah.

Ikutan seminar-seminar atau komunitas-komunitas literasi.

"Penyuka sandal jepit saja ada komunitasnya masakan menulis yang notabene memiliki kegiatan positif nggak ada." Itu yang dikatakan seorang pemateri di acara LPM Saint UTM setahun lalu.

Berkumpul dengan atmosfer alias lingkungan yang mendukung. Gabung di pecinta sastra macam Forum Lingkar Pena (FLP), atau di komunitas serupa.

FYI, FLP sudah tersebar di 34 wilayah Indonesia dan 4 cabang di luar negeri. Coba cek FLP Cabang di daerah terdekatmu. Yuk!

Karena berteman dengan penjual minyak wangi kita akan ketularangan wangi. Begitupula temenan sama penulis, biar kita ikutan pinter nulis.


THOUSAND WORDS

"Orang modern menulis seribu kata perhari," pesan Bang Tere di hadapan para santriwati yang memenuli Gedung Serba Guna TMaI.


Konsisten setiap hari.


Biar kelihatan kita ada usaha buat jadi penulis. Rajin latihan. Menurut para pakar setidaknya kita menghabiskan dua jam perhari agar mahir.

Aku biasanya set alarm. Nulis bentar deh satu jam saja. Tapi biasanya suka kebablasan. Saking keasyikan nulis. Itu trik sebenarnya kalau lagi males :D

Soalnya teko sudah penuh. Ide-ide di kepala berdesakan. Caper. Minta perhatian agar direalisasikan.

Cuma kadang yang susah mulainya ><


Action!
Start now!


Percaya deh kalau sudah dimulai jadinya rasanya gampaaaang banget. Nanti kelar satu tulisan akan mengharu biru, "Alhamdulillah nggak terasa sudah duaribu kata." Aku pernah. Haru sekali T.T


Infiruu khifaafaaw wa tsiqaalan..


Segeralah berangkat dalam keadaan ringan maupun berat hati. Dibisikin sama Allah dala surat cinta-Nya. Tertanda di At Taubah ayat 41.

Asababun Nuzulnya menerangkan untuk berangkat ke medan perang. Perang Tabuk tepatnya. Baik dalam kuat maupun lemah. Kaya atau miskin. Muda ataupun tua.

Menulis juga berperang lho. Berperang melawan pemikiran dan idealisme yang mencurigakan sekali.

"Kalimat pertama adalah yang paling mudah," terus kata Bang Tere berhentilah bertanya saya harus menulis apa. Menulislah apa yang merisaukanmu. Tulislah biar dunia tahu apa yang kamu pikirkan.

Segeralah mulai. Mau lagi rajin atau sedang malas. Mulailah menulis. Perbanyak latihan.

"Kebiasaan menyelesaikan akan membuat menulis lebih gampang lagi."


AUTHOR'S STICKY NOTES

Pertama. Perbanyak motivasi
Penting dicatat nih pesan Bang Tere.Bunda Asma Nadia bilangnya, "Find the reason why!"

Temukan alasan menulis. Mengapa kita harus menulis?

Sama halnya juga ketika kita malas bangun sholat Shubuh atau Tahajjud. Kenapa harus Qiyamul Lail? Kenapa kudu bangun malam-malam? Kan dingin..

Find the reason!

Mengapa menulis?

Karena inilah cara menebar kebaikan. Dakwah tak hanya ceramah. Bisa juga lewat tulisan. Kita menyebutnya dakwah bil qalam.

Because writing is healing. Menulis adalah salah satu terapi bagi jiwa. Tanya deh Bunda Sinta Yudisia, seorang psikolog yang juga ketua FLP periode kemarin.

Kedua. Topik bisa apa aja.

Bingung mau nulis apa? Tulis saja apa yang berkelindan di kepalamu. Listrik naik. Cabe mahal. Rupiah nggak stabil.

Mengkritik pemerintah juga bisa. Seperti yang Tere Liye katakan di sini.

Apa saja hatta, daun yang gugur ditiup sepoinya angin. Jadilah ia Daun yang Gugur Tak Pernah Membenci Angin.

Ketiga. Sertakan niat yang ikhlas.

Ini asal muasalnya. Remember why you start. Apa motivasimu saat menulis. Apapun itu usahakan niat yang ikhlas turut disertakan. Agar Allah beri pahala yang berlipat.

Tapi bukan semata-mata untuk kaya.

"Kalau hanya ingin kaya tidak akan ke mana-mana." Masih dengan logat uniknya Tere Liye melontarkan kalimatnya di hadapan peserta.

Kalau memang akhirnya iya. Semoga itu bonus dari Allah untuk kita.

Tere Liye Menulis.

RESEARCH

Sst, Tere Liye membocorkan rahasinya, "Riset itu mencari sebanyak-banyaknya inspirasi."

Bisa didapatkan dengan:


Banyak baca buku.

Di situlah ilmu bisa kita dapatkan. Tanpa perlu berlelah-lelah. Mudah. Lagipula baca buku itu keren. Antimainstream.

Against orang-orang bilang 'semuanya bisa digugling.' -.- Ah nggak juga. Ada hal-hal keren yang nggak kamu temukan di internet. Banyak.

Baca buku itu menyejukkan pandangan. Terbebas dari sinar ultra yang kita dapat dari screen hape atau komputer.

Baca buku sambil minum teh melati. Slurp.


Yes, tea time!


Biar makin konsisten boleh tuh ikutan Reading Challenge-nya FLP JATIM. Biar bacanya makin semangat. Kelasnha ada empat stages. Kelas R minimal baca 5 halaman perhari. Kelas MR, HR hingga SR yang wajib baca 55 halaman dalam sehari.

Ikutan ODOJ juga mantaapp, galz.


Karena buku adalah sumber ilmu.


Banyak baca, banyak tahu.
Banyak baca, banyak ilmu.

Halan-halan.

Inspirasi bisa didapatkan dari mana saja asal kita semangat nyarinya. Salah satunya dengan halan-halan.

Melakukan perjalananan. Melepas penat. Mencari ide baru. Biar fresh.

The above statements clarified that nggak ada tuh nggak mood karena kehilangan inspirasi. Lha inspirasi saja belum dicari kok dibilang hilang -.-

"Buku yang baik akan menerangi separuh dunia." Gitu aja dulu. Latihan-latihan! That's the fundamental.

***

Sebuah perumpaan dikisahkan Tere Liye dalam pemaparannya. Tentang Burung, Kura-kura dan Kelapa.

Setahun berlalu. Mereka berpisah.

Burung terbang tinggi mengelilingi dunia. Bertemu sebangsa unggas lainnya dan menjejaki tempat-tempat istemewa.

Kura-kura menyelami lautan. Berjumpa banyak ikan-ikan. Mengetahui berbagai daratan indah dan menyejukkan pandangan.

Sedangkan Kelapa, apa yang dilakukannya di atas pohon sana?

"Menulis itu ibarat menjatuhkan pohon kelapa dan direngkuh ombak."

Dengan itu ia bisa ke mana saja. Melanglang buana. Menjemput hikmah di setiap tempatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar