Tampilkan postingan dengan label FLP Reading Challenge. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FLP Reading Challenge. Tampilkan semua postingan

Jumat, 20 Oktober 2017

Mengapa Harus Membaca?

Mengapa Harus Membaca?
Iqra'! Risalah pertama yang diberikan Allah pada kekasih-Nya. Yang harus diemban Nabi Muhammad langsung langit melalui perantara Jibril. Perintah yang membuat sekujur tubuh Rasulullah dibanjiri keringat dingin.

"Iqra' bismi rabbikalladzi khalaq.."

Didekapnya Nabi. Bersama bacaan Jibril, wahyu pertama masuk ke dalam rongga dada sang rasul. Terbata Rasulullah mengeja. Meski sebelumnya, seringkali Muhammad menggelengkan kepala, "Maa ana bi qari'." Aku tak dapat membaca, wahai Jibril.

"Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.."

Maka sepantasnya sebagai Muslim kita menataati dan melestarikan budaya membaca ini. Karena itulah titah yang mesti disegerakan pelaksanaannya.

Mengapa harus membaca? Karena membaca adalah perintah Tuhan Allah sang penguasa semesta.

Saat syahadat terikrar, segala sesuatu yang Allah hadd-kan untuk sekalian manusia harus kita taati. Ikuti. Sami'naa wa atha'na. Karena manusia adalah nafsullawwamah. Makhluk yang lemah lagi suka menyesali diri.

Maka dikasihlah kita, Al-Quran sebagai pedoman. Diutuslah Muhammad sebagai teladan yang dapat dijadikan panutan. Biar kita nggak salah jalan. Pada mau ke surga kan?

^^ Berasa lagi ngisi muhasabah, hihi. Maafkan yak the readers. Ini efek ikutan diklatnya temen-temen LDF ^^V

Membaca adalah beribadah. Karena dengan melakukan aktivitas tersebut, berarti kita taat sama Allah. Manut perintah. Wahyu pertama yang dibawa Jibril ke bumi. Iqra'!

"Banyak baca bukan banyak tanya." Kalimat yang sering dilontarkan Mbak Anik NH, awardee LPDP 2017. Soalnya banyak calon pendaftar beasiswa paling bergengsi seantero negeri ini suka tanya hal-hal yang something written in the book. Seperti kapan deadline beasiswa atau apa saja syarat-syarat LPDP. Apalagi, semuanya sudah tertera dan lengkap  tersedia di dalam booklet.

Makanya sering banget kejadian, kalo ada anggota yang baru gabung di grup elpedepeh suka disindir sama penghuni lama. Mandat utama mereka; mengkhatamkan booklet terlebih dahulu sebelum bertanya A, B sampai Z.

"Kalo nggak ada di booklet atau nggak ngerti maksudnya baru deh boleh tanya kita-kita." Setuju dong terkait hal ini. Baca seksama bukunya, baru boleh tanya.

Di bandara atau stasiun misalnya. Sudah terpampang jelas tulisan di papan-papan; belok kanan toilet, belok kiri pintu keluar. Kadang kita masih malas baca notice-nya. Malah sibuk cari satpam buat tanya-tanya.

Contohnya lagi pada postingan info lomba, kita seringkali menemukan hal yang sama. Syarat dan ketentuan sudah panitia tuliskan di sana. Tapi masih ada saja yang menanyakan, "Mbak, tema cerpennya apa ya?"

ZzzzzZzzzzzzzZzzz

"Kan malu bertanya sesat di jalan, Mbak." -.-

ZzzzzZzzzzzzzZzzz.

---

Membaca itu, SUMBER ILMU. Era seperti sekarang, ilmu bisa didapatkan dari buku atau status teman-teman kita di dunia maya. Gampang banget lah. Iya, asal kita mau membaca. Sampai habis. Tidak parsial.

Jangan mau jadi bebek! Bebek itu maksudnya follower.  Jadi maksudnya kita nggak boleh jadi bebek. Nggak boleh asal mengekor sesuatu. Asal ngikuuut aja. Orang-orang ke barat, kita ikut. Temen-temen ke timur asal hayuk -.-

Kalo mau ikut-ikutan sesuatu, kita kudu paham ilmunya gimana. Mencari tahu ilmunya bisa lewat baca buku.

Ada yang sudah baca buu Jangan jadi Bebek?  Dulu populer pas esempe. Baca deh. Bukunya bagus. Terbitan GIP (Gema Insani Press), tulisan O. Solihin.

Oke balik lagi tentang jangan jadi bebek. Kenapa? Soalnya bebek itu suka jadi follower. Berbaris saling mengikuti.

Sebagai Muslim kita dilarang taklid buta; following something you know nothing about. Nggak boleh asal ikut-ikutan.

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."
[Al-Isra': 36]

Yup. Segalanya akan dimintai pertanggungjawaban. Semua yang kita lakukan. Semuanya. Termasuk yang ikut-ikutan juga.

Kan kita bisa milih, mau ikut atau tidak.

Nah, membaca adalah sarana biar kita nggak gampang kebawa arus.

Tentu saja patokannya Al-Qur'an, As-Sunnah sama teladan-teladan dari Rasulullah.

Jadi kalau kita tahu ilmunya, kita punya pegangan. Prinsip. Misalnya kenapa nggak mau salaman sama non-mahram? Soalnya ditusuknya kepala dari besi panas lebih baik daripada salim dengan orang yang non-mahram. Dari mana tahunya? Dari baca buku yang membahas sebuah hadits yang diriwayatkan Thabrani.

Prok, prok, prok.

Apalagi amal tanpa ilmu adalah sia-sia. Maka pantas saja jika diibaratkan. Ulama' (orang yang banyak ilmu) yang tidur lebih baik daripada ahli ibadah yang menghabiskan waktunya untuk shalat. Why? Karena ulama' adalah ahli ilmu. Beliau lebih tahu caranya. Sedangkan boleh jadi orang yang shalat, ibadahnya nggak sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah. Misalnya.

---

Dengan ilmu kita bisa lebih dekat dengan Allah. Tentu saja, salah satu caranya adalah dengan membaca. As I mentioned before, buku adalah sumber ilmu.

Mengapa lebih dekat? Karena Allah meninggikan derajat orang beriman yang berilmu. Yes! Biar kita makin disayang sama Allah.

"Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat."
[Al-Mujadalah: 11]


Kenapa kudu banyak baca?

Banyak baca, banyak tahu. Banyak tahu, banyak ilmu. Banyak ilmu, banyak amal. Buat tabungan akhirat. Biar bisa ketemu sama Allah.

Aamiin, Insya Allah!

Ingin masuk surga? Harus! Malah sama Allah disuruh pilih Firdaus kalau mau. Surga tertinggi yang layak dicita-citakan.

Mungkin salah satu caranya dengan baca buku. Karena kita tak pernah tahu amal mana yang membawa kita ke surga.

Yuk banyak baca!

Catatan: Kalau kamu punya rekomendasi buku bagus, sini bisikin. Kita saling berbagi ilmu.

Rabu, 19 Juli 2017

Menjejak Karya Angkatan '45

Gema Tanah Air: Prosa dan Puisi 2, begitu judul buku yang sempurna disusun H.B. Jassin di tahun 1948. Antologi yang berisi kumpulan sajak dan cerita karangan pujangga angkatan '45. Penyair favorit kita, Chairil Anwar hadir dengan 9 karya sastra pilihan. Aku yang fenomenal itu bahkan ada di urutan pertama yang tampil di hadapan pembaca.


Ada 21 pujangga yang ikut terangkum oleh H.B. Jassin. Jadi tak hanya Bung Chairil saja. Tercantum di sana Asrul Sani, Sakti Alamsyah, Abas Kartadinata dkk. Kesemuanya lelaki kecuali Siti Nuraini dan Samiati Alisjahbana. Itu perkiraanku saja. Menebak gender dari nama.

Penulis-penulis itu ditampakkan lengkap dengan biografi singkat sebelum pergelaran karya di dalam buku Gema Tanah Air: Prosa dan Puisi 2. Dari paparan H.B. Jassin yang tertera di sana lantas kutahu semua-muanya adalah orang berpendidikan.

Dan kebanyakan pujangga-pujangga kita alumni sekolah Belanda yang lahir di tahun 20-30an. Itulah mengapa banyak berpengaruh dalam sajak atau cerita yang mereka karang.

Jikalau Aku adalah puisi yang kusuka di antara lainnya, maka dari kalangan (bangsawan :p) prosa aku menikmati karya Abas Kartadinata. Tulisannya berjudul Tidak Bernama beralamatkan halaman 174-184. Berkisah dua anak kembar yang bercengkrama di dalam rahim sang ibunda.

Mereka berdiskusikan suara-suara yang datang di telinga. Tak hanya berdua, keping-keping darah yang ada di sekitar pun diajak bercengkrama. Hingga lahir mereka tetap tak bernama.

Aku pun tertegun dalam puisi Asrul Sani berjudul Surat dari Ibu. Puisi beralamatkan halaman 102 ini adalah sajak yang aku nyanyikan saat kelas VII SMP. Bu Sahliah, sang guru Bahasa membagi dan menyuruh kami mengkreasikanny dengan nada dalam kelompok-kelompok. Cara mengajar beliau selalu unik. Membuat kami semakin mencintai sastra.

Kembali pulang, anakku sayang

Kembali ke langit malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
"Tentang cinta dan hidupmu, pagi hari."


Karya lainnya lebih banyak menceritakan zaman mencekam. Serdadu Belanda-Jepang yang masih berada di Indonesia hingga penyakit menakutkan, mematikan; TBC, terlihat biasa mondar-mandir di antara karya satu dan lainnya.

Masyumi turut menjadi topik menarik di dalam buku ini. Menyaingi kehadiran anggur dan perempuan. Ini pasti dikarenakan, this party very incredible at that time. Pengen baca banyak tentang Masyumi. Apalagi buku most-favenya Pak Rafif, kepala sekolah Reading Challenge bertemakan Masyumi. It makes me more curious about.

However, penulisan dan pilihan kata yang dipakai para penulis menjadi perhatian tersendiri. Tertulis di zaman perang dan pemulihan bangsa, diksi kata yang dipilih tak sama dengan EBI (Ejaan Bahasa Indonesia) yang kita kenal sekarang. Kita tahunya 'suster' tapi di halaman 178 dan 273 tertulis 'zuster'. 'Pulpen' di zaman itu familiar dengan 'vulpen'. Pun 'uang' yang banyak tersebar di sekian prosa masih terejakan 'wang'.

Puisi dan prosa yang terkumpul dalam Gema Tanah Air ini tak semuanya baru. Banyak yang sudah terpublikasikan. Di bagian akhir karya tertulis nama-nama media yang pernah memuat sebelumnya. Zenith, Mimbar Indonesia, Siasat, Panca Raya, dan Kisah di sanalah H.B Jassin memetik bibit-bibit bunga hingga jadilah kebun kekata bernamakan Gema Tanah Air: Prosa dan Puisi 2.

Antologi karya yang membuat pikiran kita lebih terbuka. Karena kita lebih tahu. Dengan karya penulis papan atas, selain menambah khazanah keilmuan, in this case sejarah bangsa, juga memperkaya diksi. Terlebih aku yang menyukai puisi.

***
Judul: Gema Tanah Air: Prosa dan Puisi 2
Penyusun: H.B. Jassin
Penerbit: Balai Pustaka
Cetakan: pertama - 1948, kesepuluh - 1993
Halaman: 278


Selasa, 27 Juni 2017

Tony Buzan's Speed Reading Technique

Speed reading atau membaca cepat kurasa sangat dibutuhkan semua orang. Bagi orang barat sana, time is money. Teknik ini dapat mengefektifkan waktu kita. 

Indeed, kita kan suka beralasan so many books so little time. Ngeliat buku-buku keren di perpus pengen dilahap semua. Buku di bazar murah apalagi. Dan apalah kita yang sok sibuk berlagak punya waktu sekadar baca buku, hoho.

Ceritanya aku baru aja namatin buku Speed Reading-nya Tony Buzan. Buku berwarna jingga yang lumayan beraat bacaannya.


Well, apa saja yang tertulis di sana?

Fakta berbicara bahwa warna mata, rambut bahkan katanya pun nilai IQ udah dari sononya nggak bisa berubah. Tapi speed reading, bisa! Gue udah cobain. Yang awalnya sekian jadi sekian. Ada-lha increase-nya.

Di dalam buku Tony Buzan ini juga dilengkapi dengan alat ukur kecepatan bacaan kita, soal-soal penunjang dan teknik-teknik yang dapat kita praktikkan langsung saat baca buku.

Hal yang pertama yang harus kita kuasai adalah how we use our eyes. Saat membaca usahakan kepala kita diem. Biarkan our visual equipment bekerja; bola mata yang bergerak ke kiri dan kanan atau atas ke bawah.

Bayangkan mata kita laiknya mata elang. Yang meskipun fokus menatap tengah, tapi teteup aware sama sekitar. Inilah trik salah seorang tokoh bagaimana ia dapat melahap satu halaman dalam satu kedipan mata. Cling! Udah kebaca semua.

Nggak heran, beliau-beliau yang jago itu bisa baca 3.000 wpm (dalam satu menit). Daebak sekali bukan?

Teknik lainnya adalah fokus pada kata yang ada tengah pada setiap baris. Jadi usahakan pandangan kita dalam mode wide angle. Jadi semua kata dalam satu baris lengkap terjangkau.

Bisa juga dengan membaca zig-zag. Mulai dari kiri atas ke kanan. Ke kiri lagi terus ke kanan sampai selesai satu halaman. I think this technique is the simplest one. *soalnya yang sekali kedip belum bisa, hoho.

Teteupp meskipun kita lagi membaca cepat konsentrasi masih diperlukan. Ya kan nanti kita kudu menguasai bacaan. Harus bisa jawab pas the examiners nanya-nanya di sidang skripsyong. Eh? :D

Terus biar kecepatan baca kita nambah, perlu nih menguasai vocabularies. Jadi pas baca, oh ini udah ngerti maksudnya apa. Bisa ditunjang dengan memahami pembentukan kata seperti afiks-prefiks-sufiks gitu. Kalo ada 'pre' atau 'pra' artinya 'sebelum', kalo 'post' maknanya 'sesudah'. Ini memudahkan otak kita biar cepet nyambung.

However, biar bacaan kita nggak terganggu alias makin lambat. Sangat tidak disarankan untuk kembali. Kembali membaca kata atau kalimat sebelumnya yang sudah kita baca. Karena sebenarnya otak kita lagi proses pencarian jati diri, hoho. So, meskipun kamu nggak balik nengokin, 'eh tadi maksudnya apa ya,' that thing already submitted to our brain file.

Dan lagi, jangan pakai jari untuk bantu baca. Karena itu akan memblokade pandangan kita. Ini akan membuat speed bacaan kita berkurang. Tapi kalo buat anak preschool bolehlah, karena mereka masih belajar mengenal huruf per huruf hingga kata per kata.

Well, sebenarnya masih banyak teknik-teknik yang diajarkan Tony Buzan. Tapi itu saja yang bisa aku bocorkan. Lainnya bisa kaubaca langsung on his book.

Don't forget to expand your visual power in order to be like Sean Adam who has 4.550 wpm. That's incredible! ♡

Selasa, 18 April 2017

Suka Duka FLP Reading Challenge


Yuhuu, hari ini FLP Reading Challenge sudah memiliki tiga kelas; dari yang pemula sampai the highest. Pastinya makin tinggi levelnya tantangan baca makin challenging. Ada apa aja?

Kalo dulu waktu pertama ikutan , di kelas perdana FLP Reading Challenge kita punya aturan; sehari kudu baca minimal 5 halaman. Mudah? Iya, tapi susah konsistennya. Sekali nggak baca bisa kena tanda. Kelas matarikulasi ini berlangsung selama sebulan. Dan kalo kamu sering bolos bisa tinggal kelas.

Alhamdulillah 1 Maret kemaren berhasil lolos dengan 3.035 halaman dari 8 buku yang berhasil dibaca. Jawara di kelas ini adalah Mbak Hiday. Yeay, selamat! Beliau ini keren lho bisa membaca 4.889 pages dalam sebulan. Dari 50 peserta yang mendaftar hanya 17 yang berhasil naik kelas. Tuuh kan keistiqamahan memang penting!

Middle Reader
17 peserta FLP Reading Challenge yang berhasil lolos reunian lagi deh di sini. Tentunya dengan rules yang lebih menantang.
Karena..
Bacaan para peserta haruslah sesuai tema.



Memburu Buku
Makin seru nih di kelas MR. Kita diharuskan pontang-panting memburu buku. Apalagi jika koleksi pribadi kita tidak ada yang berkaitan dengan tema hari itu. Bisa cari sampai perpus deh.


Tapi untungnya hari pertama temanya agama dan memang niatnya mau baca buku itu tapi nggak jadi mulu. Judulnya Dakwah Fardhiyah. Jadi aman lha di challenge pertama.

Selanjutnya sejarah! Panik, soalnya satu-satunya buku sejarah yang kupunya sudah kelar dibaca. Dan saatnya kita berburu!

Seluruh lemari kubuka satu persatu. Menyortir, mengambil buku berdebu yang lama tak tersentuh.Voila! Ternyata ada satu koleksi Abi di jaman baheula. Comot, cekrek, aplod!

Yup, kita harus memotret buku dan menyetornya di grup. Ada penyeleksian; mana yang boleh dan mana yang tidak. Dan buku Sejarah Madura Abi pun lolos, alhamdulillah!

Selanjutnya lanjut diaplod di instagram biar nggak mubadzir fotonya. Kuy, bisa diliat di @hafidzahcumlaude dengan tanda pagar #FLPReadingChallenge

Tema ketiga biografi. Yang ini save juga. Karena kebetulan bukunya ada. Jadi nggak perlu repot-repot berburu lagi. Ditambah ini buku sudah ada dalam list yang-akan-dibaca dalam waktu dekat. Perempuan-perempuan Pemicu Perang, judulnya.

Dan di tema keempat stok buku kosong lagi. Politik, euy. Susah nemunya. Padahal sudah begerilya ke seluruh sudut. Lemari-lemari wes dicek. Alternatif terakhir donlot ebook. Dapet yang menarik, skripsinya anak UIN. Hak Politik bagi Perempuan dalam Pemikiran Dr. Yusuf Qardhawi (2016) punya Arista Aprilia.

Tema terakhir di MR adalah buku karya pemenang nobel. I don't have  pemirsah. Ada se Haruki Murakami, tapi ternyata beliaunya nggak menang nobel. Di laptop ada sebenarnya. Banyak malah tapi nggak readingable rasanya.  Soalnya pada tebel, haha. Lagipula waktu itu nggak kepikiran buat ngubek-ngubek ebook di kompie. Jadilah donlot lagi untuk tema ini. Dapetnya Of  Mice and Men karya John Steinbeck.

Beratnya Tema
Ibarat orang sakit yang mau nggak mau harus minum obat. Nah kita para peserta kelas suka nggak suka kudu ikutan rules hari itu. Apalagi kalo sukanya baca novel, rasanya berat deh harus namatin buku nonfiksi high level gitu*nunjuk diri sendiri.


Pas baca buku Dakwah Fardhiyah, semingguan baru kelar. Rada tebel memang. Tapi miris, Inferno yang tebelnya 800-an bisa kelar dua hari nah ini kudu tujuh hari baru tamat.

Seharinya baca, pun tak bisa langsung ratusan. Bertahan di angka puluhan halaman setornya. Lagi-lagi karena bacaannya mulai berat.

Pas tema politik, nobel juga nggak sehari langsung selesai. Bertahan disetoran 30-50 halaman perharinya.
Minat bacanya kudu ditingkatin nih!


Nggak Ada Toleransi
Dulu mah di kelas pemula lewat lima menit dari jam enam masih dipersilahkan. Tapi menjadi anggota MR di FLP Reading Challenge kita diwajibkan untuk disiplin. Kalo telat semenit aje, udah kena silang tuh.


Sekalinya kena silang nggak bisa dihapus. Kalo sebelumnya masih boleh. Setelah sehari bolos terus besoknya apdet masih bisa itu tanda dimaafkan. Baru kalau tiga hari berturut-turut nggak ada kabar, alamat dah tinggal kelas. Itu, duluuu. Di kelas MR, sekali bolos ibarat nancep paku yang bekasnya tidak bisa dihilangkan. Sekali kena tanda, wes itu silang malang melintang di data bacaan kamu.


Tips Survive di Kelas
7 kali membolos tema alamat kamu nggak akan lulus jadi Middle Reader. Sehari minimal baca 15 halaman. Kalo bukunya nggak tamat, siap-siap aja deh. Kena tanda lainnya.


Haha, ini nih ngerinya di grup MR. Pas jalan seminggu, para anggota pada ngos-ngosan kayaknya. Di kelas pemula bacaannya sudah ribuan halaman, kita dapetnya masih ratusan. Iya, mereka mah bebas mau baca buku apa aja. Deuh, alibi ini mah.

Jadi apa tipsnya?

Pertama, cari buku setipis mungkin! Lagipula di peraturan nggak tertulis tentang minimalnya halaman buku. So you can do this. Kan penting tamat dulu bukunya.

Iya, terus kalo sudah tamat kamu boleh baca buku apa saja. Bebaaas. Kalo udah gitu, saatnya baca novel, haha. Lumayan kan nambah poin.

Minimal baca di kelas MR, 15 halaman. Batas akhir setoran, sebelum jam enam pagi setiap hari! Pastikan dulu kamu baca segitu terus apdet. Nggak papa, meskipun kepagian. Yang penting nggak kena tanda. Kalo katanya anak ODOJ, yang penting khalas sebelum beraktifitas.

Selain, mushaf usahakan ada buku yang belum tamat dibaca di dalam tas. Nah, ada banyak waktu luang bisa disempatkan untuk sekadar membaca buku sekian halaman. Misal nunggu dosen nggak dateng-dateng. Sambil nunggu jemputan, sambil nunggu antrean. Nah, banyak banget kan ruang kosongnya. Tinggal bagaimana kita mau mengisinya atau tidak.

Last Minutes before MR Clossed
Empat menit sebelum jam enam baru tersadarlah diri belum apdet. Buru-buru ambil hape sambil deg-degan. Lupa kena tanda berapa. Kalo telat bisa-bisa nggak naik kelas. Kuota hanya bersisa paket malam, lagi. Artinya setelah jam enam bakal nggak bisa apdet karena data otomatis tak bisa dipakai.


Perhitunganku yang lemot membuat menit-menit sebelum penutupan jadi tambah menegangkan. Bolak-balik liat jumlah halaman buku dan hape untuk nambah pages. Whoaa piye ki kemaren juga belum apdet sama sekali. Deuh, padahal kalau kemarennya apdet 15 halaman aja, sudah aman tuh. Tapi yaa itu, kuota tinggal yang paket malam.

Jam menunjukkan pukul 05:59 ketika data bacaan berhasil diapdet. Sujud syukur deh. Alhamdulillah.


Tidak seperti kelas pemula yang membuat 33 orang gugur, kelas MR kali ini ada lima orang yang harus tinggal kelas dan seorang lagi keluar. It means turun kelas. Dia kudu ngulang dari challenge dari awal lagi. Horor kan?

Dengan suka duka yang sudah tertulis di atas, sudah lulus ya alhamdulillah, hoho. Terharu bisa jadi bagian dari 11 orang yang lulus.

In this occasion I read 5044 pages of 18 books. Lumayan, ada peningkatan. Are you ready for the next challenge? Harus!
Nggak tahu nih kita bakal dapat kejutan apa nanti. Gosipnya bakal wew gitu. Whoaaa, semoga nggak serem-serem amat. And the most important thing, semoga semangat terus bacanya. Hoping that we survived and passed this HR class for 50 days later. Fighting!


☆☆☆☆☆
Update 10/12/17
FLP Reading Challenge sekarang sudah sampai kelas SR (Super Reader) dan sedang berjalan angkatan kedua.